Secuil Keheningan di Keramaian Kota




LOKASI 
Gua Bunda Maria Ibu Talanging Sih & Kapel Kristus Raja

Alamat: Jl. Tegalsari Gang VIII - IX Semarang, Jawa Tengah

Koordinat: 7° 0' 36.175" S 110° 25' 40.272" E





DISCLAIMER

Cerita ini berisi perjalanan menuju tempat-tempat ziarah yang disucikan bagi umat Katolik. 
Cerita ini tidak bertujuan untuk memaksakan iman kepada umat penganut kepercayaan lain.






LET'S ROLL!
"Tempat ini dulunya cuma tempat pembuangan sampah!" Papar Pak Yong, seorang umat yang sangat peduli dengan Kapel Kristus Raja dan Gua Maria Talanging Sih ini, yang berada di tengah perkampungan padat penduduk di bilangan Tegalsari Semarang.
"Kapel ini umurnya sudah lebih dari tujuh puluh tahun, lebih tua dari saya" tambahnya sambil tertawa.
"Salib dan corpus yang ada di situ diambil dari gereja lama sebelum renovasi. Itu (corpus) asli dari Belanda, dan kayu salibnya dari jati utuh." Kata Pak Yong yang selalu berada di gua maria hingga pukul delapan malam itu, sambil menunjuk salib besar di samping gua. 'Gereja lama' yang beliau maksud adalah Gereja Katolik St. Familia, Atmodirono, Semarang. Wilayah Tegalsari memang masuk dalam lingkup Paroki Atmodirono, walaupun secara administratif lebih dekat dengan Paroki Karangpanas.
"Mungkin Karangpanas kira kalau kapel ini kurang ada nilai 'jual', jadi dilepas kepada Atmodirono" kelakar beliau setelah tahu kalau saya menggereja di Paroki Karangpanas.



Siang itu cuaca cukup terik, namun tidak di dalam kompleks gua yang tertutup oleh kanopi dan rindangnya berbagai tanaman. Pak Yong terus menceritakan sejarah kapel dan gua Maria kepada saya.
Konon, di kapel yang dulu sedang dalam tahap renovasi, pernah terjadi suatu penglihatan religius. Salah seorang umat mengabadikan salib baru yang sudah terpasang di belakang altar menggunakan kamera. "Setelah foto dicetak, di belakang salib ada sebuah hosti besar. Itu membuat kami semua terkejut, namun juga bersyukur. Setelah itu, saya berinisiatif memajang foto-foto itu di kapel, tapi sayang, banyak tangan jahil yang sengaja mengambil foto-foto koleksi berharga kapel kami." Cerita beliau lagi, "Sudah tiga kali saya taruh album berisi foto-foto kapel, termasuk foto penampakan tadi, tapi semuanya hilang."
Melihat lebih dekat ke salah satu dinding kapel, memang ada beberapa foto yang sudah mulai buram, masih tertempel di tembok bercat putih di sebelah timur kapel.






Siang itu kebetulan sedang ada persiapan misa kenaikan Tuhan Yesus untuk sore harinya. Saya masuk dan mengambil beberapa gambar saja, agar tidak mengganggu petugas yang sedang mempersiapkan segala sesuatu di kapel.



Di samping gua, memutari kapel, sudah dibangun pos-pos jalan salib, kecil namun tak kalah indah. Sebuah replika Pieta dari sang maestro, Michaelangelo, cukup membuat saya kagum. Ternyata patung itu baru saja diresmikan oleh Bapa Uskup Keuskupan Agung Semarang, Mgr. Johanes Pujasumarta. Yang menarik adalah, kompleks ziarah yang terbagi menjadi tiga bagian besar, yaitu sumber air, Gua Maria dan Kapel, belum diresmikan seluruhnya. Sumber air yang kemudian sebagian airnya diisikan di dalam kolam tepat di depan gua, dipercaya telah menyembuhkan penyakit beberapa peziarah ini telah diresmikan oleh Uskup Keuskupan Purwokerto, Mgr. J. Sunarka, SJ di awal tahun 2011. Gua Maria Ibu Talanging Sih sendiri baru diberkati pada medio 2011.










Sedangkan kapel yang bisa diisi oleh kira-kira seratus umat ini sampai sekarang belum diresmikan keberadaannya. kapel ini juga punya bagian unik di bagian depannya, yaitu dua buah patung singa batu yang mengapit tangga masuk di depan pintu utama kapel.
Kompleks kapel dan gua maria ini bersebelahan dengan sekolah, SMP dan SMK, yang dikelola oleh sebuah yayasan. "Ini bukan tanah mereka (yayasan), justru mereka (yayasan) yang pinjam ke paroki, soal sewa, umat sih nggak tahu menahu." Jelas Pak Yong sebelum saya berpamitan untuk kembali mengambil beberapa foto.




Agak sedikit terganggu memang jika kita berkontemplasi pada jam belajar karena riuh rendah para murid. Ditambah beberapa anak yang tinggal di sekitaran sekolah dapat dengan leluasa masuk dan bermain di lapangan sekolah, yang juga menjadi lapangan kapel.

Mengenai akses jalan yang terlalu sempit, Pak Yong menjelaskan bahwa pihak RT dan RW serta warga sekitar sudah meluluskan permintaan pengelola, namun sangat disayangkan, justru sikap dari warga Katolik di wilayah itu yang menolak mengorbankan sebagian tanah mereka untuk pelebaran jalan.

Tempat ini cukup tepat bagi Anda yang ingin sejenak menyepi, berdoa dan berkontemplasi di tengah kesibukan keseharian, maupun pada saat senja ketika Anda ingin menyerahkan kepenatan pekerjaan dan karya Anda di depan Sang Bunda.

Rute yang bisa Anda ambil jika sudah berada di Kota Semarang:
Dari Semarang atas, bisa melalui dua rute. Yang pertama lewat Jl. Sultan Agung (Kagok), memutar Taman Diponegoro, melewati Rumah Sakit St. Elisabeth, turun menyusuri Jl. Kawi Raya, tepat pada tikungan tajam ke kiri, lihat ke arah depan ada gang bertuliskan nama lokasi, selanjutnya ikuti petunjuk arah.
Rute kedua lewat Jl. dr. Wahidin (KarangPanas), turun tanah putih sampai ke persimpangan Metro Plaza langsung belok ke kiri Jl. Sriwijaya. Rute ini juga berlaku jika Anda dari arah kota maupun Semarang bawah. Pada persimpangan traffic light pertama belok ke kiri, naik menyusuri Jl. Tegal Sari, sampai pada tikungan tajam ke kanan, tetap ambil jalan lurus sampai ke depan gang bertuliskan nama lokasi, selanjutnya ikuti petunjuk arah.




Semoga bermanfaat

Salam dan doa,
Berkah Dalem :)

Komentar