Secuil Cerita, Sebuah Perjalanan, Satu Keluarga, Beribu Kehangatan: JAMNAS 5 PRIDES


Waktu belum genap menunjukkan jam delapan pagi ketika aku menghentikan laju Annette di depan sebuah warung makan padang di sebelah barat Brebes. Perutku sudah mulai keroncongan setelah mulai berkendara dari jam setengah lima pagi tadi dari Semarang.
Sembari menunggu makanan dan minuman pesananku tersaji di meja, aku membuka aplikasi BBM di hp androidku. Belum se-real time aplikasi ngobrol lain, namun baru ini saranaku untuk berkomunikasi dengan om Agus Setiawan dari Cirebon, yang kepadanya aku sudah meminta bantuan untuk berangkat bersama menuju lokasi Jamnas 5 Prides di Waduk Jatiluhur, Purwakarta, Jawa Barat.
Masih terlalu pagi untuk menunggu kelompok besar CC (Chapter Cirebon) yang rencana berangkat jam 1 nanti dari Kota Cirebon, maka aku memutuskan berangkat bersama rombongan pagi bersama om Agus dan om Yoko.


Dan benar saja, pesan beliau sejam yang lalu baru masuk ketika aku membuka aplikasi itu.


Aku cukup shock membaca pesan beliau.
Kenapa hal ini bisa terjadi?? TIDAAAAAKKK...!!

Halah! Lebay!
Nggak segitunya juga kok.. :D

Sembari menikmati sarapan walaupun rasa masakannya nggak ke utara, nggak juga ke selatan (jawa: ora ngalor, ora ngidul), aku mencoba menghubungi Mas Yoko Soyoko via SMS. 
Kok cuma bisa SMS?
Maklum, biker harus irit pulsa..haha... =))

Jam 9.30 pagi aku sudah tiba di rest area sebuah SPBU di Kota Cirebon. Aku rasa ini SPBU untuk tikum yang ditunjukkan om Agus lewat pesan BBM-nya semalam.
   "SPBU Bima sebelah Giant.."

Tak lama menunggu, akhirnya datang juga om Yoko ke tikum. Berkenalan dengan mantan kechap Cirebon, sambil bertanya rute terdekat dan terasyik menuju lokasi.
"Ada dua rute." Katanya
"Yang lurus dan ngebosenin, kita lewat pantura. Tapi kalau mau lihat view yang bagus, kita lewat Subang. Dua-duanya sama jaraknya"

Penasaran dengan pemandangan eksotik yang dijanjikan, aku memilih rute kedua.

Setengah sebelas siang kami bertolak meninggalkan SPBU itu dan aku sudah tidak sabar untuk segera sampai di lokasi Jamnas.


Siang itu lalu-lintas Kota Cirebon tidak terlalu padat, namun cukup menyulitkan pengendara motor ber-box samping seperti aku untuk mengambil celah antar pengguna jalan.
Beruntung sebelum berangkat aku sudah berpesan kepada om Yoko untuk tidak terlalu bersemangat membetot gas, karena selain terkendala box, rantai Annette yang baru berumur 2 bulan sudah mulai bermasalah. 'Dor-ceng', kendor - kenceng istilah beberapa orang. Memang sebelumnya aku tidak memilih membeli gir set ori walau hanya berselisih beberapa ribu rupiah lebih mahal, tapi efek yang terasa saat berkendara sungguh sangat menyiksa.
Beberapa kali om Yoko harus memperlambat laju motornya menungguku menyusul beberapa truk untuk sampai di belakangnya. Tak jarang beberapa kali aku tertinggal jauh di persimpangan, hingga beliau harus putar balik untuk memastikan aku tidak salah mengambil rute.

Hari makin siang. Cuaca makin panas. Jalur Palimanan - Jatiwangi menuju Subang semakin tidak bisa kunikmati. Aku mulai mengutuki diri sendiri yang memilih rute ini. Tapi, apa mau dikata? Kami harus tetap terus melaju.
Tepat tengah hari ketika kami melintasi sebuah SPBU. Om Yoko memberi isyarat tangan bahwa ia harus mengisi bahan bakar. Menunggu di depan SPBU, mataku tertuju pada sebuah bengkel motor kecil tepat di seberang SPBU itu membuatku melipir sejenak untuk menambah oli mesin.

"Panas banget! Cari makan yuk!" Seru om Yoko yang tiba-tiba sudah ada di belakangku.
Mempersilakan beliau untuk mencari tempat yang nyaman untuk beristirahat sementara aku menyelesaikan pengisian oli Annette. Beberapa kali ia berjalan mondar-mandir. Mungkin tidak ada warung makan yang cocok, pikirku, hingga ia memutuskan memarkir kendaraannya di sebuah warung makan dan melambaikan tangan kepadaku untuk menyusul.

"Warung yang disana banyak cewek nggak bener. Mendingan disini aja." Katanya sambil tertawa.
Menikmati makanan dan semangkuk es campur dan tak lupa aku terus menggerutu karena panasnya cuaca siang itu. Jarak yang ditampilkan dalam aplikasi Maps hp menunjukkan masih lebih dari seratus kilometer lagi yang harus kami tempuh menuju Kota Purwakarta.

"Semarang mbe solotigo wis tekan. Sampean tekan ndi? (Semarang & Salatiga sudah tiba. Kamu sampai dimana?)" Kata Mckel dalam percakapan BBM kami siang itu ketika aku menanyakan kondisi terakhir di lokasi Jamnas.



Melanjutkan perjalanan siang itu, ketika matahari semakin condong ke barat, ke arah kami berkendara. Kembali om Yoko yang sudah sangat bersemangat harus dibuat menungguku yang jauh tertinggal di belakang. Jalur Jatiwangi - Subang kurang lebih sama seperti Purwodadi - Blora. Tidak terlalu lebar dengan perkerasan beton dan melewati kebun kering dan beberapa hutan, melintasi beberapa perkampungan dan kota - kota kecil dan dominasi truk - truk pengangkut material. Sebuah jalur yang menguras tenaga dan melatih kesabaran.
Beberapa kali kami berhenti untuk beristirahat, menyeka keringat dan menggosok mata yang makin tersilaukan cahaya matahari sore, hingga kami melewati rambu penunjuk jalan.

"33 kilo lagi sampai Sadang! Hampir nyampe nih!" Teriak om Yoko dari balik helmnya seolah turut memberiku semangat untuk terus melaju.

Semangat bertemu teman, atau jika boleh aku menyebut mereka sebagai saudara, mengalahkan rasa lelah dan penat perjalanan itu. Melewati Kota Purwakarta menuju Waduk Jatiluhur, kami kembali berhenti di sebuah minimarket ketika seorang pengendara pulsar lain menghampiri kami. Seorang member baru di prides-online.com dan ini juga jamnas pertamanya. Berkendara sendirian dari Bogor, walaupun harus mengambil rute Jakarta - Cikampek karena belum paham rute pendek, namun semangatnya harus kami acungi jempol.
Sayang sekali namanya terlupakan. :p

Beberapa rambu penunjuk arah buatan Kang Su'ud makin memudahkan para peserta dari arah Purwakarta untuk menuju lokasi, meskipun om Yoko sudah sangat hapal rute menuju lokasi. Dan akhirnya jam empat sore kami berempat -karena di tengah perjalanan bertemu Tetsu yang hampir tersesat mengarah ke Kota Purwakarta- tiba di lokasi Jamnas 5 Prides.

JENG...JEEEEENG...!!

Puluhan motor sudah terparkir dengan sangat amburadul di depan pos registrasi ulang. Sebuah spanduk jamans besar juga terpasang di tengah lapangan kecil itu. Sedari siang beberapa teman sudah mengunggah foto mereka di depan spanduk itu. Ada om Wak-waw, Joehan, Alsa dan beberapa lain berada di pos registrasi ulang. Sebuah name-tag berkalung hitam, gelang karet aneka warna dan sekotak snack (yang tak bertahan 10 menit langsung habis kumakan karena kelaparan) menjadi penanda bahwa aku sudah resmi terdaftar sebagai peserta Jamnas 5.



Kang Su'ud dan Teh Ipey sebagai tuan rumah berdiri tak jauh dari tempat registrasi peserta. Wajah mereka berdua terlihat tegang. Tak heran karena perhelatan akbar tahunan berskala nasional itu digelar di kota mereka, atau secara ekstrim boleh dikatan di 'wilayah' mereka. Berdiri juga di samping mereka berdua Kang Dadang dari SPC yang juga anggota Prides-online.
Acara sudah dimulai. Beberapa booth sponsor sudah ramai pengunjung. Di tengah lapangan sedang dilangsungkan balap motor terlamban. Beberapa spanduk putih dibentangkan sebagai ajang tanda tangan peserta Jamnas yang konon berjumlah dua ratusan orang.
Tidak terlalu memperhatikan siapa dan apa yang MC katakan di depan panggung, aku berjalan berkeliling menyapa beberapa saudara. Berjabat tangan, bertanya kabar, sedikit bernostalgia, rasa lelahku berangsur hilang tertutup adrenalin kegembiraan.

Sebuah booth panjang untuk gelaran lapak juga ramai oleh pengunjung. Gaul, Ivan dan Welex sibuk menjajakan barang dagangan masing-masing dan melayani pertanyaan calon pembeli. Di tengah lapangan utama ternyata sudah berdiri panggung kecil dengan peralatan band lengkap di atasnya. Di kiri-kanan panggung itu berdiri juga booth dari sponsor yang sama yang menyediakan beberapa arena permainan. Cukup besar juga dukungan produsen rokok ini kepada acara kami. Menikmati hangatnya mie cup yang kubeli dari booth mie instan, aku kembali berjalan berkeliling. 

'Gimme FIVE bro!' photo session sore itu dibuat secara ekslusif, dimana foto kami tidak dipublikasikan dimanapun, tapi akan dijual secara eksklusif untuk membantu pengembangan server.

Ternyata Sigit dan Fahmi 'Lemonz' yang didaulat sebagai MC di sesi sore itu. Sebelum kami meninggalkan lapangan untuk beristirahat dan bersiap mengikuti sesi malam, digelar jam session oleh beberapa musisi Prides. Beberapa orang menyumbangkan suaranya sore itu diiringi band, dan entah ini sengaja dibuat-buat atau memang tidak hapal lirik, waketum baru periode 2013-2015 dengan penuh percaya diri setinggi Gunung Himalaya, meminta iringan lagu Raja dari /rif, tapi hanya bisa bernyanyi bagian, "ANDAI KU JADI RAJA..."

Beberapa instruksi MC tidak dapat terdengar ketika aku berjalan menuju tempat parkir. Sore itu hp sudah mati karena kehabisan daya, jadi tidak banyak momen yang bisa kuabadikan dan dibagi disini. 
Ya sudahlah, diantar beberapa peserta, aku melaju menuju bungalow yang sudah disediakan. Panitia sengaja membagi peserta kedalam bungalow yang berbeda-beda. Agar lebih bisa membaur, katanya. 
Tak masalah buatku.

Setiba di bungalow 'Aster', aku mulai mencari tempat yang nyaman untuk meletakkan barang dan berbaring. Melepas jaket Speed Trap dan celana Centour yang sedari pagi buta kupakai berkendara dan kini mulai lengket karena keringat, aku mencuri kesempatan untuk mandi selagi beberapa penghuni bungalow sedang asyik mengobrol satu sama lain.

Setengah tujuh malam kami semua harus kembali berkumpul di depan panggung. Satu jam sebelumnya aku sudah siap disana. Sebenarnya ingin menikmati sensasi pijat menggunakan kursi pijat elektrik yang sudah disediakan pihak sponsor, tapi ternyata sampai sesore itu masih cukup banyak juga antriannya. Alih-alih mengantri, aku mengambil jatah makan malam. Om Yoko dan puluhan peserta lain mulai menyusul kebawah. 

Beruntung tadi sore sempat mengisi daya hp, walau hanya 50%, tapi cukup untuk mengambil beberapa foto sampai akhirnya hp ku kembali mati karena kehabisan daya.





Malam itu tak kalah ramai. Acara pemberian hadiah kepada pemenang foto terbaik, RR terbanyak, pembuat thread terbanyak, dan beberapa hadiah untuk kategori lain. Om Agus 'agsstwn' yang baru tiba bersama rombongan CC langsung mendapat dua hadiah sekaligus untuk masing-masing kategori. 
Selamat! :)

Hari makin malam, suhu makin dingin. Booth produk rumah tangga yang juga produsen makanan dan minuman instan menawarkan kopi gratis yang tak ayal langsung diserbu peserta.

Biker dan makanan gratis...yaaahh..cocok lah :p

Beberapa peserta dan panitia sudah tidak dapat menyembunyikan rasa lelah mereka dengan berbaring dan tidur di booth jual-beli. Di tengah riuh dan ramainya acara, tiba-tiba om Dono menghampiri sambil berkata, "Kangen ya sama suasana kayak gini."
Mengiyakan ucapannya, karena memang aku pernah beberapa bulan menetap di Jakarta dan ikut larut dalam dinamika CJ. Masa-masa dimana malam kopdar kami dulu di MKT hanya duduk di tengah lapangan hingga subuh, mengobrolkan hal-hal kecil, berdebat akan hal sepele, bersama menikmati keripik pedas, mie instan dan kopi dan terkadang nasi bebek Rubain yang terkenal itu, berlarian ke dalam kantin yang sudah tutup ketika hujan turun. Entah seperti apa suasana kopdar CJ sekarang di tempat baru, tapi aku adalah satu dari sekian banyak 'orang daerah' yang pernah mencicipi sedikit alur dan pola pikir Prides Indonesia.

Waktu terus berjalan hingga MC menginstruksikan kami agar berpindah ke aula atas guna mengikuti acara puncak. Tidak ada agenda malam renungan, karena kami berkumpul disini tidak untuk merenungi masa lalu, tapi untuk bersenang-senang! Aula utama ternyata tidak dapat menampung kami semua. Terpaksa aku duduk di luar aula sambil mendengarkan ocehan XO sebagai MC malam itu. Sambutan Rangga 'rangs1845' & Jupri 'bodonanan' yang mengakhiri jabatan mereka sebagai ketua umum dan wakil ketua umum prides periode 2011-2013 dan penonaktifan pengurus serta pengangkatan secara resmi Ade 'badcop' Cahya & Nola 'nomalz' Pangaribuan sebagai ketua umum dan wakil ketua umum periode 2013-2015.

proficiat! :)

Pemutaran video jamnas tiap-tiap chapter dan pembagian doorprize menjadi selingan acara malam itu. Dengusan kekecewaan peserta karena gagal mendapatkan jaket SkyLark terbaru dari contin menjadi penutup acara sesi malam, acara puncak, atau lebih tepatnya penutupan Jamnas 5.

Aku tidak peduli ada berapa banyak orang yang tidak terbiasa tidur ditemani suara dengkuran, tapi memang aku mendengkur ketika tidur. Setiba di bungalow dan merapikan diri, aku beranjak tidur. Tak butuh waktu lama bagiku untuk langsung terlelap walaupun dengan kondisi meringkuk di atas lantai dingin di dalam kantung tidur tua yang sudah disediakan panitia bagi kami. Esok pagi aku tidak boleh bangun kesiangan.

Benar saja, setengah lima pagi aku sudah terjaga dengan badan menggigil. Setelah mandi aku segera merapikan dan memasang box. Rupa-rupanya kegiatan pagiku itu membangunkan beberapa peserta lain. Minggu pagi itu banyak juga yang terburu-buru untuk pulang ke tempat kediaman masing-masing. Beberapa rombongan menuju bekasi bahkan sudah berpamitan ketika aku menyiapkan Annette di tempat parkir. Semakin siang aku pergi dari sini, maka semakin malam aku akan tiba di Semarang. Teringat hampir 12 jam perjalananku menuju Waduk Jatiluhur, pasti dengan kondisi fisik seperti itu akan membutuhkan waktu yang sama untuk tiba di Semarang.





5.30 pagi aku sudah berkendara dari bungalow tempatku menginap menuju lapangan semalam. Niatku ingin membeli mie instan untuk sekedar sarapan pagi itu, tapi ternyata semua panggung dan booth sponsor sudah dibongkar habis. Menggelar lapak seadanya di lapangan, aku menunggu om Agus yang memang sebelumnya sudah berkencan ingin membeli masker serbaguna dariku. Transaksi kami tak berlangsung lama. Beliau langsung meminang 2 helai RUFF original berwarna hijau, agar senada dengan KLX kesayangannya :)

Selesai bertransaksi, sembari ngobrol kami melihat ada seonggok mesin mahal terparkir sendirian di pinggir lapangan. Barang mahal seperti itu sia-sia untuk dilewatkan. Timbul pikiran iseng diantara kami.





Selesai berfoto dengan motor mahal, kami berpisah di lapangan depan. Om Agus dan beberapa teman dari Cirebon kembali ke bungalow. Akan terlalu malam aku tiba di Semarang kalau berniat bareng dengan rombongan CC, karena mereka menjadwalkan untuk pulang siang harinya. 

Berkendara dari bungalow ke bungalow mencari barengan untuk keluar dari lokasi Jamnas itu, sampai akhirnya aku bertemu dengan om Roy 'elToro' seorang petualang yang pasti 'itoe boekan akoe'. Beliau memberi semangat untuk tidak bergantung kepada orang lain. 
"Gampang kok! Dari sini belok kanan, belok kiri masuk Kota Purwakarta terus lurus aja nanti sampai Cikampek. Nah, itu sudah masuk jalur pantura." Katanya menjawab pertanyaanku.
Memantabkan hati untuk berkendara pulang sendiri, aku menuju bungalow paling atas. Lagi-lagi ada om Roy dan beberapa teman Prides lain, tapi kali ini tengah bercengkerama dengan mangkuk bubur ayam.

"Groiz sudah pulang setengah jam lalu. Paling juga nanti kekejar sampai di Tegal. Ikutan sarapan dulu." Kata om Roy.

"Lumayan buat ganjel perut." Pikirku sambil memesan semangkuk bubur ayam.
Ada juga disana mas Kris 'pulsarian salatiga' yang terlihat masih mengantuk tapi tetap menikmati bubur ayamnya.
"Rombongan Salatiga pulang habis ini. Teman-teman baru persiapan, tuh." Katanya
"Kami mau lewat rute tengah, lewat Purwokerto - Wonosobo - Temanggung - Magelang - Salatiga." Katanya lagi menjelaskan rute mereka. 

Terlalu jauh memutar. Aku tidak punya banyak waktu karena Hari Senin aku harus kembali ke Bojonegoro untuk bekerja. Sebenarnya aku tidak mendapat jatah libur lebih panjang, bahkan sebenarnya aku membolos dari kerja untuk mengikuti acara 'keluarga' ini. Teringat selama perjalanan kemarin bahkan malam hari pada saat acara aku masih mendapat telpon masalah perkembangan pekerjaan.



SMS balasan dari mas Krisna 'bejogeboy' sang kechap Semawis dari SMS-ku sebelumnya yang menanyakan kapan dia pulang, baru masuk ke hp ku tepat ketika bubur ayamku habis.
"Ntar jam 8an. lwt subang kynya."

Cukup kapok aku lewat Subang lagi, karena selain belum hapal rute, jalur itu cukup menguras energi. 
Baiklah! Diputuskan akan lewat pantura, jalur yang kukira cukup 'aman' kulalui sendirian.

Berpamitan, jam tujuh pagi aku sudah melaju menyusuri jalan dari rute petunjuk om Roy sebelumnya. Cukup mudah rupanya untuk mencapai Cikampek, dan tiga jam setelahnya aku sudah tiba di Cirebon. 

Benar-benar aman, dan sekarang saatnya untuk mencari sarapan.



Lanjut jalan lagi ke Semarang. Kali ini benar-benar aman karena selain jalur pantura yang cuma itu, juga karena perut sudah terisi.
Cukup santai perjalananku siang itu, ditambah suasana sebagian besar ruas jalan lengang, membuatku seenaknya menarik gas. Kadang pelan, kadang kencang.
Buah tangan untuk orang-orang di rumah tidak boleh dilupakan. Masuk kota Brebes, sudah banyak lapak penjual telur asin khas Brebes. Memilih satu toko, aku membeli beberapa oleh-oleh.


Selesai merapikan barang-barang, dengan kecepatan yang cukup tinggi melintas dua orang pengendara pulsar berplat nomor B. Toet-toet dan memberi salam ketika mengira masing-masing diantara kami adalah orang lain, ternyata seorang diantaranya mengenakan rompi Prides keluaran terbaru. Butuh beberapa menit untuk kemudian sadar bahwa salah seorang pengendara itu adalah Groiz dan belakangan seorang yang lain bernama Adhie.

"Perasaan tadi duluan mereka sejam, tapi kenapa tiba-tiba aku di depan mereka ya?" gumamku.

Pelan tapi pasti aku mulai melaju mengejar mereka berdua. Entah sejak kapan mesin motor Annette berderik keras. Rantai kamrat kena, tapi tetap kupaksa melaju dengan kecepatan lumayan tinggi. 
Berhenti di sebuah minimarket untuk sebentar beristirahat, ngobrol dan berkoordinasi, kami bertiga kemudian melanjutkan perjalanan ke Semarang.



Agak konyol juga cuaca sore itu. Kami harus menepi di sekitaran Tegal dan butuh beberapa menit untuk memakai raincoat dan menyelamatkan barang-barang bawaan dari hujan yang tiba-tiba turun dengan cukup deras, tapi reda setelah beberapa ratus meter kembali melaju.

Tidak ada kendala cukup berarti selama sisa perjalanan menuju Semarang. Aku berpisah dengan kedua tamuku ini di persimpangan terakhir menuju rumah. Kira-kira jam setengah lima sore ketika aku tiba di rumah. Beberapa menit kemudian status yang ditulis Groiz di media sosial kepunyaannya melaporkan bahwa mereka berdua sudah tiba dengan selamat di Tembalang.

Puji Tuhan, zero accident walau ada beberapa trouble selama perjalanan kali ini.

Malam harinya, saatnya melakukan pengembalian kondisi, salah satunya dengan pijit refleksi setelah seharian berkendara.


Walau tidak sempat berfoto di tepi Waduk Jatiluhur, tidak sempat buka lapak sedari sore, tidak sempat berkenalan dan berbincang secara mendalam dengan saudara-saudara di sana, tidak sempat berbagi stiker dan sandal, tapi bukan berarti Jamnas ini tidak berkesan.

Omong kosong!

Tetap ada kesan mendalam dan pengalaman seru, nostalgia akan kehangatan dan keakraban dalam kebersamaan keluarga besar ini.




Beristirahat untuk kemudian esok paginya kembali melanjutkan perjalanan ke Bojonegoro. Lelah menempuh perjalanan 1.224 km yang terbayar dengan banyak kenangan manis.



GIMME FIVE BRO!
:)

Komentar