JANGAN LEPASKAN HELM SAYA!

BILA TERJADI KECELAKAAN JANGAN LEPASKAN HELM SAYA HINGGA DITANGANI TIM MEDIS

Kira-kira seperti itu tulisan yang tertera pada stiker berukuran 14 x 5 cm buatanku yang memang tujuannya ditempelkan di tempat yang mudah terlihat dan terbaca pada helm. Tak lupa sebuah gambar tetesan darah dengan golongan darah di tengahnya. Sebuah baris di bawah kubuat untuk kemudian dapat ditulis nomor telepon ketika ada keadaan darurat, yang belakangan menjadi sebuah kekhawatiran kalau nomor telpon yang tercantum di sana dapat disalahgunakan oleh pihak-pihak yang kurang bertanggung jawab.


"Wah, mas.. Sudah bagus ada orang yang mau nolongin sampeyan kalau kecelakaan. Kok malah dikasih peringatan jangan nglepasin helm gitu?" celetuk seorang teman menanggapi stiker yang sudah kubuat ini.

Eits..jangan salah!

Kalau kita jadi korban kecelakaan saat mengendarai kendaraan roda dua di jalan dan sampai tak sadarkan diri di TKP (tapi amit-amit jangan sampai deh), dan orang yang berniat mau melepaskan helm dari kepala kita itu tidak tahu teknik yang benar, bisa-bisa malah terjadi cedera leher, tulang punggung, trauma kepala, bahkan hingga menyebabkan nyawa melayang lo!

Jadi bagaimana teknik melepas helm korban laka yang baik sehingga tidak menimbulkan cidera yang lebih serius itu?



Pertanyaan itu -jujur aja- jadi menghantui (halah). Karena aku adalah seorang yang awam dalam bidang medis tapi sudah berani membuat stiker bertuliskan itu. Jangan-jangan dicap stiker ini cuma jadi bahan sensasi aja nih..

Mencari berbagai sumber di internet dan bertanya kepada seorang teman yang kebetulan menjadi anggota KSR PMI (Korps Sukarela Palang Merah Indonesia). Ternyata cara tersebut ada dalam materi PPGD (Pelatihan Penanggulangan Gawat Darurat). PPGD ini sebenarnya bisa diikuti oleh semua orang namun terutama wajib bagi para petugas paramedis. Lama pelatihan berkisar 3-5 hari dengan biaya mulai Rp 2.500.000 hingga hampir Rp 4 jutaan, masing-masing bergantung dari penyelenggara diklat. Biasanya diselenggarakan oleh rumah sakit-rumah sakit umum.

Nah, berhubung aku hanya ingin tahu jawaban atas pertanyaan dan tanggung jawab moral dari stiker yang sudah kubuat, sangat tidak mungkin kalau aku harus ikut PPGD dengan biaya sebesar itu.

Beruntung, teman itu mau berbagi menunjukkan salah satu buku yang menjelaskan bagaimana cara melepaskan helm yang benar pada korban laka. Kebetulan hanya satu halaman dengan bahasa yang singkat dan padat, dan dilengkapi dengan ilustrasi pelengkap.

Pokoknya nggak kayak blog ini yang isinya lebih banyak basa-basi dan muter-muter nggak jelas deh..Huahahaha..

Ini hasil scan halaman buku itu.


Jika ada pembaca yang berminat melengkapi perpustakaannya dengan buku ini, dapat mencari dengan judul "Petunjuk Praktis Pertolongan Pertama - Memberi Pertolongan dalam Keadaan Darurat Baik di Rumah, di Tempat Kerja dan di Mana Saja" terbitan Gaya Favorit Press, 1997 hal. 47. Buku tersebut yang merupakan saduran dari buku "First Aid Manual" terbitan St. John Ambulance Association and Brigade, 1992.

Lagi, seorang teman yang bekerja di sebuah Puskesmas menjelaskan:

..jadi itu ngelepas helm nya kalo yg bener,sebaiknya ada 2 orang..yg 1 menyangga tulang belakang (daerah tengkuk) nah yg satu nglepas helm..biar kalo ada keretakan di area leher/ kepala enggak makin parah yg bisa mengakibatkan meninggal..kalo tim medis yg bawa ambulans biasanya leher korban akan langsung disangga & dibungkus pake alat cervical collar atau collar neck alias penyangga leher baru dilepas helm nya...atau kalo ga ya dilepas helmnya di RS...begitu..

Masih belum puas, sekarang situs berbagi video, youtube, yang kujadikan sasaran. Ternyata ada beberapa pihak yang sudah mau berbaik hati membagi video tutorial mereka. Salah satunya video dari PRO EMERGENCY berikut.


Jadi, lengkap sudah sumber referensi yang kuperlukan. Sangat terlambat karena pencarian sumber ini jauh setelah stiker dibuat. Bahkan kalau tidak karena banyak teman yang bertanya, aku mungkin cuek saja tanpa tahu bagaimana teori dan teknik yang benar.

Semoga teman-teman yang sudah dapat stikernya benar-benar ditempel di helm.

Oh..iya..stiker ini saya bagikan secara gratis alias free alias cuma-cuma. Kalau dihitung dari biaya pembuatannya yang tidak murah, tentu aku sudah rugi ratusan ribu rupiah. Bukan masalah unutng-rugi, namun niatku mengajak semua orang untuk lebih memperhatikan keselamatan berkendara. Memang kita sudah berhati-hati dan menerapkan safety riding dalam berkendara, tapi musibah tidak hanya disebabkan oleh kelalaian pribadi, tapi juga bisa dari pengguna jalan lain.


Setelah ini ada niatan untuk membuat sebuah workshop kecil-kecilan tentang Pelatihan Penanggulangan Gawat Darurat terutama untuk korban laka dalam kelas pemula. Semoga dapat terealisasi secepatnya dengan materi yang matang, supaya orang-orang awam yang belum pernah mendapatkan pelatihan kepalangmerahan dapat membantu sesama yang terkena musibah. Tentunya juga dengan biaya yang jauh lebih ringan dibanding dengan mengikuti PPGD dari diklat rumah sakit.



Salam :)

Komentar