Pantai Pasir Kencana, Pekalongan: Terangkatnya Kembali Sebuah Kenangan


Malam ini tiba-tiba aku teringat akan sebuah kenangan perjalanan lama bersama para sahabat yang kami lakukan hampir setahun yang lalu. Banyak cerita dibalik perjalanan ini, tapi sudahlah. Saya hanya akan menuliskan catatan perjalanan menuju tempat wisata ini saja, walau dengan terbata-bata, sebatas memori ini dapat mengingat kembali peristiwa di 10 Maret 2013 lalu.

Mentari minggu pagi itu bersinar penuh semangat, ditengah musim yang tak menentu kala itu. Banyak yang gembar-gembor menyebut peristiwa ini sebagai climate change, sebuah pergantian iklim akibat ulah manusia. Manusia menuduh manusia. Anyway, kami bertujuh sedang dalam perjalanan pulang menuju Semarang dari Pekalongan dari menghadiri sebuah acara disana. Saya, Bang Zul, Dhika, Mahendra Juri, Rifki Zahree, Rezza dan Pak Addo Wisnu mengendarai motor masing-masing. setelah pada pagi harinya pada perjalanan berangkat, motor Bang Zul mengalami kendala. Sebuah kesalahan penyetelan klep yang mengakibatkan salah satu businya pecah di daerah Gringsing, Kendal.



Kira-kira pukul setengah tiga sore ketika kami memutuskan sejenak 'cari angin' ke suatu tempat wisata di Kota Pekalongan. Bang Zul yang besar dan tumbuh di kota ini tanpa ragu mengajak kami berkendara ke sisi utara kota. Tujuan akhir kami jelas: PANTAI!

Menurut saja, kami berenam hanya mengikuti laju kendaraannya yang kemudian berhenti disebuah tempat disekitar pelabuhan. Salah satu tulisan di dinding bangunan bertuliskan, "Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan" yang kira-kira berlokasi di -6.859281,109.689982. Sebelum masuk lokasi, kami sibuk merapikan motor dan menyimpan barang-barang berharga, termasuk helm disebuah tempat lapang. Yah, sebut saja itu lapangan parkir seadanya. Tak ingat pasti berapa besar tiket masuk dan siapa donatur baik hati diantara kami yang sudah mau membayar untuk semua orang.


Untuk ukuran tempat wisata, tempat yang belakangan saya ketahui namanya sebagai Pantai Pasir Kencana, cukup sepi pengunjung. Mungkin juga karena di sepanjang pantai Pekalongan terdapat sekurangnya tiga tempat wisata. Beberapa gerombolan siswa-siswi berseragam bersenda gurau di bawah kanopi buatan dari beton. Aneh, padahal hari itu Minggu. Beberapa pasang muda-muda juga tengah asyik masyuk di beberapa sudut tempat. Ada larangan masuk untuk kendaraan, tapi entah darimana atau bagaimana bisa beberapa pengunjung memarkirkan kendaraan roda 2, bahkan mobil didalam area wisata ini.

Menghiraukan ketidakadilan ini, kami terus berjalan menuju ujung pantai, lagi hingga pada ujung pemecah pantai. Disana terdapat sebuah tugu, mungkin mercu suar kecil, setinggi enam atau tujuh meter dengan cat warna hijau yang sudah mulai memudar dibeberapa sisinya.

Lalu, apa lagi kegiatan yang dapat dilakukan di pinggir laut seperti ini selain mengambil gambar.






Dan, kamipun berlagak menjadi sebuah boy band..heheh..





Mulai masuk angin diterpa angin laut, kami kembali ke area utama tempat wisata ini. Ada dua gedung disana. Satu seperti sebuah aula, satu lagi berisi akuarium ikan air tawar. CMIIW, saya lupa gedung itu berisi akuarium air tawar atau air laut. Tidak ada loket atau petugas di depan gedung akuarium itu, jadi pegunjung dapat bebas keluar-masuk melihat pelbagai koleksi satwa air yang dipajang di dalam akuarium-akuarium. Terlalu gelap di dalam ruangan yang sengaja diset dengan cahaya remang itu untuk mengambil foto.


Sebuah anjungan mirip dermaga beratap berada di lepas pantai, tepat dibelakang kedua gedung tadi. Beberapa lantai, pegangan dan kuda-kuda atap yang seluruhnya terbuat dari kayu dan bambu rusak disana-sini. Kurang hati-hati, pengunjung bisa tercebur ke dalam laut atau terantuk tiang-tiang pancang beton.




Waktu semakin sore, kami memutuskan untuk meninggalkan tempat wisata sepi itu.


Sebelum meninggalkan pintu gerbang terdapat beberapa wahana permainan anak. Yah, tak ada salahnya kami bertindak gila dan mengambil beberapa gambar :p



Menyiapkan diri untuk pulang ke Semarang, namun sebelumnya kami kembali melipir ke pelabuhan ikan tepat di samping timur Pantai Pasir Kencana itu. Sedikit narsis, walau menjadi tontonan para anak buah kapal yang sedang bersandar disana.



Walau belum puas menjelajah tiap sudut tempat itu, namun kami harus pulang juga ke Semarang, membawa semangat dan kesegaran baru, dan tentunya harapan besar dapat kembali berkendara dan menjelajah bersama.

Salam Ride For Adventure :)

Komentar