Mini Lourdes di Puhsarang



DISCLAIMER
Cerita ini berisi perjalanan menuju tempat-tempat ziarah yang disucikan bagi umat Katolik. 
Cerita ini tidak bertujuan untuk memaksakan iman kepada umat penganut kepercayaan lain

LOKASI
Gua Maria Puhsarang, Kediri, Jawa Timur;
7° 49' 59.48" S, 111° 56' 51.17" E

Ucapan terimakasih disampaikan kepada sebuah keluarga besar atas kemurahan hati mereka yang sudah mau mengajak vinceney berwisata ziarah.




THE STORIES

Sudah sekitar sepuluh tahun yang lalu ketika vinceney pertama kali mengunjungi Gua Maria Puhsarang (Pohsarang) di sebelah barat Kota Kediri, Jawa Timur. Sepanjang ingatan ini, tidak ada banyak perubahan sama seperti pertama kali berziarah ke sana. Berjarak sekitar sebelas kilometer dari pusat Kota Kediri, berada di lereng Gunung Wilis, di Desa Puhsarang, Kecamatan Semen. Tak sulit mencari tempat ini melalui perangkat GPS.

Gua Maria yang baru dimulai pembangunannya pada tahun 1998 lalu ini memang tak bisa lepas dari kompleks Gereja Katolik Puhsarang sendiri yang pembangunannya sudah dimulai pada tahun 1936 lalu.


Gerbang Desa Puhsarang menyambut para peziarah yang berada tak jauh dari pintu masuk kompleks gereja.




 


 


 



Kompleks gereja yang unik, karena menjadi wujud nyata inkulturasi antara budaya jawa (Jawa Timur) dengan katekese iman Katolik. Bahwa mengimani Yesus sebagai Tuhan dalam gereja Katolik tidak serta merta harus mnjadi orang Roma, orang Eropa atau orang Yahudi. Bertutur, berpakaian, meniru adat istiadat hingga berperilaku seperti mereka. Iman tumbuh dari hati, bukan dari pakaian yang kamu kenakan.

Arsitektur bangunan Gereja Puhsarang ini terinspirasi dari candi dan berbagai bangunan kuno peninggalan dari Kerajaan Majapahit. Dari susunan batu untuk tembok-temboknya hingga jalan dan pelataran dibuat sebagai penghargaan akan luhurnya budaya jawa, meski sudah mengalami berkali-kali rekonstruksi di sana-sini, namun masih diusahakan untuk dibuat semirip mungkin dengan bentuk aselinya.

Pintu gerbang pertama diberi nama "Plasa Maria" yang berada di sebelah timur gereja.




Di sisi utara plasa, terdapat undakan dengan gerbang bernama "Taman Hidangan Kana", yang dirancang sebagai Pujasera dan tempat istirahat yang cukup rindang dan sejuk.

 

Di belakang taman ini sudah terdapat rute Doa Jalan Salib.



Di sisi utara - bawah gereja terdapat sebuah aula terbuka dengan tajuk "Gedung Serbaguna Emaus".


Sebuah Gua Maria kecil terdapat di sisi selatan aula tadi. Dua prasasti berbahasa Kaganga (Jawa Kuno) tersemat di sisi kiri dan kanan dinding gua itu. Kira-kira dapat dibaca Ngapraja Bhre mara ngesti - tapaning syujanma. Ketika kalimat itu saya reka-reka dapat diartikan secara kasar kira-kira menjadi "Perintah Baginda (mungkin maksudnya Allah) datang untuk berdoa dalam sebuah meditasi yang baik (atau mengindar dari keramaian demi mencapai kedamaian)". Dalam hal ini monggo kalau ada dari pembaca yang dapat memberikan arti yang benar bisa mengoreksi atas perabaan saya barusan.


Sekilas, kompleks gereja ini tampak sedikit membingungkan dengan adanya banyak selasar dan pintu-pintu gerbang dari susunan batu, namun menjadi sebuah hal yang biasa ketika kita juga datang ke kompleks candi-candi kuno.

 


Dari kompleks gereja, para peziarah akan dipandu pada rute menuju kompleks gua maria.

 

 
 

Rute ini dibuat tidak lebar dengan melewati kios-kios yang menawarkan berbagai barang dari benda rohani, merchandise, obat-obatan dan tanaman herbal hinggal peralatan rumah tangga hasil kerajinan. Rutenya mungkin juga dibuat mirip dengan yang ada di Lourdes, Perancis sesuai nama gua maria yang ada di sini. Entahlah, kali ini saya juga bisa mereka-reka, lah wong belum pernah ke sana juga..hehe..

Tapi yang pasti, rute ini juga mengingatkan saya pada kompleks Gua Maria Sendangsono di Kulonprogo, Jogjakarta sana.


Setelah menyusuri beberapa tikungan, akhirnya tiba juga di gerbang gua maria.


Tempatnya rindang, sejuk dan asri. Jadi kepengen gelar matras trus tidur di bawah rindangnya pepohonan di sini.

#eh

Niatnya kan mau berdoa, kenapa malah jadi ngantuk? 😝

 

 


Nah, seperti yang sudah ditulis di atas, kalau Gua Maria Puhsarang ini terinspirasi dari Gua Maria Lourdes, maka diberi nama Gua Maria Lourdes atau Mini Lourdes, mulai dari bentuk gua dan patung Bunda Maria yang dibuat lebih besar dan tinggi ketimbang aselinya. Saya sih percaya aja karena belum pernah menginjakkan kaki ke Lourdes, Perancis 😁😁😁

Di sisi kiri gua, terdapat sumber air, yang meskipun tidak deras namun airnya keluar mengalir dari keran. Beberapa pengunjung memanfaatkan botol-botol minman bekas mereka untuk mengambil air yang ada di sana. Oh..iya.. kios-kios di sepanjang rute masuk tadi juga menjual jeriken-jeriken berbagai ukuran untuk wadah air bagi peziarah yang tidak membawa botol, atau kalau ingin membawa pulang air dalam jumlah yang agak banyak.

Sebagai sarana doa dan media turunnya Roh Kudus.

Eeee... siapa tahu dengan adanya air yang sudah didoakan ini Tuhan dapat berkarya dengan perantaraannya. Siapa tahu segala penyakit dapat disembuhkan setelah minum air ini karena Tuhan sudah menjamah lewat doa dan air.

Wanita yang sakit pendarahan selama 12 tahun saja dapat sembuh hanya dengan menjamah jubah Tuhan Yesus karena ia percaya, apalagi kita dengan doa kepada Tuhan melalui perantaraan Sang Bunda lewat media air yang diambil dari sini (bdk. Mat 9:20-22, Mark 5:25-34, atau Luk 8:43-48).


Selain teduh dan nyaman untuk berdoa, tempat ini dijadkan pengunjung yang tidak semuanya sebagai peziarah untuk sarana rekreasi. Akibatnya, sulit bagi saya untuk berkonsentrasi diiringi ocehan dan senda gurau pengunjung lain. Padahal sudah jelas ditempel beberapa himbauan untuk selalu menjaga ketenangan.

 

Selain track Doa Jalan Salib yang salah satunya melalui sisi luar Pujasera di luar gereja tadi, di dalam kompleks gua maria juga terdapat track Doa Jalan Salib yang menggunakan diorama patung berskala 1:1, yang artinya patung-patung itu berukuran sama seperti ukuran normalnya manusia dewasa.

Doa Jalan Salib ini diresmikan setahun sesudahnya.

 
 
 

Ada juga lima buah pondokan terpisah dalam Pondok-pondok Rosario Nazareth. Setiap pondok mewakili satu peristiwa. Dalam masing-masing pondok terdapat lima gambar sesuai peristiwa dalam doa rosario.

Peziarah dapat menggunakan pondokan tersebut untuk melakukan doa rosario secara kelompok. Tapi lagi-lagi, pondokan-pondokan itu digunakan untuk tempat nongkrong beberapa pengunjung.

 
 
 

Sangat menyenangkan dan menyejukkan ketika dapat berkunjung, beziarah dan berdoa dalam kompleks Gereja Puhsarang dan Gua Maria Lourdes, Puhsarang. Lamanya perjalanan yang ditempuh (karena vinceney melakukan perjalanan hampir dua ratus delapan puluh kilometer dari Kota Semarang) menuju Kediri, Jawa Timur cukup terbayar ketika sampai di tempat ini. Namun, karena ikut rombongan, jadi ada banyak spot yang belum bisa terdokumentasi dan belum dapat diulas secara lebih mendalam.

Jika diantara pembaca yang ingin berziarah ke Gereja Puhsarang dan Gua Maria Lourdes Puhsarang, dapat memasukkan koordinat 7° 49' 59.48" S, 111° 56' 51.17" E dalam perangkat GPS Anda. Atau dapat langsung mencari dengan kata kunci "Gua Maria Puhsarang" (atau beberapa menyimpan sebagai POI dengan nama Pohsarang) melalui perangkat pemandu perjalanan, misal dalam ponsel pintar atau juga GPS.

Banyak juga kok warga Kota Kediri yang dengan senang hati akan menunjukkan rute jalan, jika Anda tidak menggunakan piranti elektronik sebagai bantuan tersebut.




Selamat berziarah.,

Salam, Doa dan Berkah Dalem


+vinceney+😁

Komentar