Walaupun
kita tidak terlalu peduli dengan dunia otomotif, pasti tetap ingin membuat
tunggangan jadi nyaman dan keren, bukan? Apalagi kalau kendaraan itu selalu
kita gunakan untuk menunjang mobilitas harian. Bangga rasanya menunggangi
kendaraan dengan tingkat keamanan dan kenyamanan, apalagi jika bisa membuat
decak kagum orang-orang di sekitar kita dengan tampilannya yang menarik.
Beberapa
dari kita yang malas atau enggan untuk coba-coba hal baru lebih memilih jalur
aman dengan mengintip hasil modifikasi kendaraan lain, baik ketika bertemu
secara langsung maupun hanya melihat gambar dari internet atau media cetak.
Logikanya sih, semakin banyak modifikasi
itu digunakan, jadi semakin terjamin tingkat keamanan dan kenyamanannya.
Tapi,
hati-hati jika mau memodifikasi kendaraan, terlebih jika Anda menggunakan suku
cadang oplosan milik pabrikan lain pada kendaraan Anda, bahkan jika modifikasi itu
belum pernah dicoba kelayakannya. Alih-alih jadi aman dan nyaman, benda-benda
yang disematkan dalam kendaraan itu justru dapat mengancam keselamatan kita loh.
Sama
seperti yang saya alami berikut ini.
Jadi begini
ceritanya. Kira-kira satu tahun lalu dalam perjalanan pulang Jamnas V Prides
tanggal 3 November 2013 (baca ceritanya di sini ya sob), aku merasakan rantai
Annette yang sudah nggak nyaman dipakai. Dorceng,
kendor-kenceng, istilah untuk rantai yang sudah mengalami dilatasi tak seragam
sehingga selain menyebabkan bunyi karena rantai kendur yang beradu dengan arm
juga menyebabkan akselerasi yang tidak maksimal.
Kok rantai udah dorceng?
Padahal baru sekitar tiga bulan ganti gear
set baru loh.
Yah, memang
baru sekitar tiga bulan sebelumnya aku ganti satu set gir dan rantai untuk
Annette, tapi berhubung saat itu stok gear
set orisinil masih kosong, terpaksalah beli barang vendor. Barang vendor
merupakan istilah yang diberikan para pedagang suku cadang untuk menunjuk pada
barang-barang dengan mutu dibawah suku cadang orisinil dengan harga yang jauh
lebih murah ketimbang produk yang resmi digunakan Bajaj sebagai suku cadang
produk mereka.
Ada harga
ada rupa.
Iya siiih...makanya baru tiga bulan rantai
motor sudah mengalami kasus seperti itu. Kalau dilihat kondisi gir masih bagus sih. Harus ganti rantai aja atau satu gear set lagi? Walau harga produk vendor ini jauh lebih murah, tapi
kalau tiap caturwulan harus ganti, sama aja
bohong, kan? Ditambah jarum timbangan yang sudah semakin bergeser ke kanan
dari angka 80 kg, motor ber-box dengan muatan yang kadang berlebihan. Cara
pembawaan alias riding style-ku yang
masih suka seenaknya juga bakal mempengaruhi keawetan rantai. Klop deh semuanya.
Masuk
bengkel langganan (waktu itu) karena kebetulan harus turun mesin buat ganti camshaft dan rantai keteng (sebagian
orang menyebutnya rantai kamrat atau cam chain) yang membuat suara mesin
berisik gak karuan, pemilik sekaligus kepala mekanik menawarkan jasa untuk
membuatkan gear set spesial dengan
pelat setebal 7mm yang diukur dan dibubut sendiri dan bisa disesuaikan dengan
rasio gir kendaraan kita. Rantai yang digunakan juga spesial untuk bisa muat di
gir yang dibuat dengan pelat setebal itu. Dia menggunakan jenis rantai yang
biasa digunakan dalam alat-alat industri. Tebal dan besar!
Lima tahun
klaim (bukan garansi) yang diberikan untuk produknya itu. Harganya? Wow..Jangan
ditanya, deh! Melebihi harga gir set pabrikan
besar dengan inisial SNB, dengan imbuhan huruf i dan no. Halah, kesebut juga namanya.
Terlebih
saat itu aku termakan isu negatif kalau produk yang tersebut itu menggunakan
barang-barang limbah, langsung saja aku amini tawaran pembuatan gear set fenomenal itu! (apaan sih?
Lebay deh..) Dengan bayangan selama 5 tahun aku akan terbebas dari pengeluaran
untuk pembelian komponen pemindah langkah gearbox
ke roda belakang itu, pasti bakal lebih mantab, kan!
Dua minggu
proses pengerjaan, dan eng..ing..eeeng..
Sebuah gearset besar sudah nemplok di kaki-kaki Annette.
Keren? Iya!
Bangga?
Iya!
Buat pamer?
Iya banget!
Oke, selama
hampir enam bulan pertama semua masih baik-baik saja. Hingga setelah melewati
bulan keenam, rantai sudah mengalami dilatasi. Nah lo! Padahal aku juga rutin melakukan
perawatan dengan menyemprotkan pelumas untuk rantai dengan kualitas terbaik
(kata tulisan di botolnya). Sampai suatu sore sepulang kerja rantaiku terlepas
dari gir karena terlalu kendur. Anggap saja waktu itu aku lalai mengecek
kekencangan rantai. Untung bisa langsung diperbaiki dan disetting ulang
kekencangannya. Beberapa minggu setelahnya rantai sudah kendur lagi, padahal
posisi as roda belakang sudah mentok ke belakang.
Dari sini
aku sudah mulai kelabakan. Betapa tidak? Rantai yang kupakai itu sama sekali
tidak dijual di toko-toko onderdil umum melainkan di toko-toko yang menyediakan
alat-alat industri. Solusi pertama adalah potong rantai, walaupun cara ini sama
sekali tidak dianjurkan pada rantai motor yang sudah mengalami kasus dorceng.
Ketakutanku
bertambah ketika mendadak aku mendapat pemindahan tugas ke luar kota. Nekat
menggunakan rantai lama karena tidak ada waktu untuk mengganti dengan rantai
baru, aku berangkat ke tempat baru. Belum genap dua bulan kasus itu kembali
terjadi, yaitu ketika aku berkendara menuju tempat kos sepulang kerja.
Kira-kira jam satu dini hari waktu itu ketika tiba-tiba rantai kembali lepas
dari gir, namun kali ini posisi rantai terjepit di lengan ayun. Dibantu
beberapa orang yang lewat tengah malam itu, akhirnya aku bisa kembali ke kos
dengan cara towing kaki. Kalau di
kota besar saja susah mendapatkan rantai dengan ukuran itu, apalagi di sebuah
kecamatan kecil. Memang aku masih punya cadangan rantai di rumah.
Pilihannya,
aku meninggalkan pekerjaan yang sedang padat untuk kembali ke Semarang demi
membawa rantai, atau mengganti dengan gir set seadanya dulu. Kebetulan saat itu
girset orisinil maupun vendor untuk UG4 sedang kosong di Semarang.
Yang
penting bisa jalan.
Seperti itu
saran teman-teman dalam percakapan grup WhatsApp ketika aku menceritakan
'berkah' yang kualami. Oke, masuk akal juga. Apalagi melihat kondisi gir yang
sudah lancip akan jadi percuma kalau aku jauh-jauh pulang dan kembali lagi.
Nah
lo..katanya awet selama lima tahun? Kok
baru setahun sudah lancip?
Menghubungi
sang pembuat gir set, alih-alih memberikan solusi, justru kalimat-kalimat
menyudutkan yang kuterima. Katanya selama ini aku salah pakai pelumas rantai, karena
pelumas yang ada di pasaran hanya akan membuat rantai jadi kering. Yang benar
menggunakan oli mesin (SAE 80 atau 90) sebagai pelumas rantai agar tak hanya
rantai, namun juga gir selalu awet.
Beruntung,
aku tipe orang yang malas untuk berdebat, terlebih jika orang yang kuajak
berdebat merasa diri paling punya ilmu di dunia.
"Misi" selanjutnya adalah mencari kombinasi gir yang sesuai dengan rasio gir orisinil
Bajaj Pulsar UG4 yaitu 14/39. Bolak-balik masuk toko onderdil sampai ke
kecamatan seberang untuk mendapatkan girset yang memiliki rasio hampir
mendekati. Beberapa teman juga menyarankan untuk menggunakan rantai ukuran 428
saja, karena kalau-kalau ada kendala setelah aku pasang, masih lebih mudah
mendapatkan rantai ukuran 428 di toko onderdil di desa sekalipun. Akhirnya
sebuah girset milik Honda GL100 dengan rasio 15/39 dan rantai 428 milik
indopart yang kupilih, setelah sebelumnya berbelanja beberapa kombinasi girset
milik cub (motor bebek) yang ternyata walaupun mempunyai jumlah mata yang sama,
namun tidak cocok di dudukan gir roda belakang Annette. Total biaya untuk
belanja sekitar Rp 200.000,-. Sebuah total biaya yang cukup besar hanya untuk
sebuah percobaan sementara.
Sementara?
Iya sementara saja agar Annette bisa kupakai untuk aktivitas. Harga percobaan
yang jauh lebih mahal dibanding untuk sebuah girset vendor UG4.
Sudah?
Sampai di situ saja?
Meski
Annette sudah bisa diajak jalan sampai Semarang tanpa kendala berarti
menggunakan girset yang baru terpasang, tapi masih was-was juga dengan girset sementara
itu.
Karena
memang niatku girset ini hanya bersifat sementara dan mendesak, aku harus
sesegera mungkin mengganti dengan girset yang lebih layak.
Pilihan
jatuh pada SINNOB. Anggap saja aku sudah terlalu frustasi memilih dan tidak
lagi menggubris berita negatif yang beredar tentang produk ini. Produk yang
sama dipakai sebagai sponsor perjalanan berkendara menikmati tujuh danau di
Pulau Sumatera dalam ekspedisi Sap7aranu, menjajal kejamnya tanah Kalimantan
dalam Round The Borneo, yang dibenamkan dalam motor TVS Apache RTR, belum lagi
perjalanan ASEAN dan Indonesia timur oleh Mario Iroth (dan Lilis) dalam Wheel
Story dengan Kawasaki KLX 250 dan Benelli Phyton. Untuk pemakaian harian juga
sudah banyak Pulsar yang menggunakan produk ini.
Yowis, rogoh kocek lebih dalam lagi. Harapannya sih
semoga worth for value. Menebus
sebuah girset SINNOB warna silver dengan Rp 605.000,-. Kemahalan? Sebenernya
aku ngerti harga pasarannya sih, tapi berhubung nitip ke temen, yaaa..kasih duit
bensin lah :)
Langsung
aja girset sementaranya dicopot dan pasang yang baru di Annette.
Kesannya
tulisan ini jadi kayak jelekin produk vendor, mekanik dengan barang ciptaannya
dan promosiin produk tertentu ya? Padahal tidak ada endorsement dari produsen terkait. Kalau dirunut, anggap saja kerusakan terjadi
karena kelalaian saya sendiri sebagai pemilik dan pengendara. Bisa juga
dijadikan sebuah masukan buat Anda, seperti yang sudah saya tulis di awal,
kalau modifikasi dilakukan untuk menambah tingkat keamanan dan kenyamanan
berkendara, bukan justru sebaliknya cuma bikin repot kalau ada kerusakan.
Cuma
modifikator awal yang bisa benerin karena pakai cara 'rahasia'. Itu kan repot apalagi pada orang dengan
mobilitas tinggi karena pekerjaan seperti saya ini. Ketika terjadi trouble sedangkan Anda berada di kota
lain yang berjarak hampir 200 km, terus mesti gimana?
Pesan
moralnya: kalau mau modifikasi kendaraan lebih baik jangan yang neko-neko atau pastikan dulu kualitas
barang dan ketersediaan suku cadangnya kalau-kalau Anda mengalami gangguan akibat modifikasi agar tidak akan celaka.
Salam :)
*) Shit Happens, diambil dari sebuah frase
dalam dialog film berjudul Forrest Gump (1994), yang kurang lebih artinya
adalah sebuah peristiwa yang menimpa tanpa diduga.
Pictures Courtesy (ies) are taken from their web page/ facebook pages: sap7aranu, Wheel Story
Adventure, Round The Borneo, Sinnob Sprocket Gear.
Komentar