Explore Semarang: Jalan-Jalan Wisata Jelajah Kota Lama


Satu lagi potensi wisata yang hendak digali dari Kota Semarang, yaitu pesona wisata Kota Lama. Jika di Jakarta dikenal dengan daerah Kota Tua, maka di Semarang ada pula cagar budaya serupa yang dikenal sebagai Kota Lama.

Kota Lama Semarang adalah suatu kawasan di Semarang yang menjadi pusat perdagangan pada abad ke-19 hingga ke-20 . Kawasan Kota Lama Semarang disebut juga Outstadt. Luas kawasan ini sekitar 31 hektar. Dilihat dari kondisi geografis nampak bahwa kawasan ini terpisah dengan daerah sekitarnya sehingga nampak seperti kota tersendiri, sehingga mendapat julukan "Little Netherland" alias Belanda Kecil.
(sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Lama_Semarang)

Melihat potensi ini, sebuah perusahaan operator seluler nasional memberikan sebuah bus yang dinamai "Bustram Semarjawi" sebagai sarana wisata Kota Lama bagi warga yang tinggal di Semarang.

Bustram Semarjawi 01 adalah sebuah bus pariwisata bertingkat yang dipersembahkan oleh PT. Telekomunikasi Selular kepada warga Kota Semarang untuk meningkatkan kunjungan pariwisata di Kota Semarang. Bus pariwisata ini sehari-hari dikelola oleh Lembaga Sosial Masyarakat ERTIM Indonesia yang berkedudukan di Semarang yang bertujuan juga untuk memberikan pendidikan mengenai sejarah kota Semarang kepada para penumpang. Bus pariwisata yang terdiri dari dua tingkat ini dapat menampung penumpang hingga 40 orang dan memiliki desain unik menyerupai tram (sebutan untuk jenis kereta api ringan yang bisa berjalan bersama lalu lintas lain atau dalam lintasan khusus) di Eropa ini memiliki panjang 7,2 m, lebar 1,3 m dan tinggi 3,7m. (Sumber: semarjawi.com)

Bus buatan Kota Bandung ini diserahterimakan pada tanggal 28 Oktober 2014 lalu kepada Walikota Semarang dalam sebuah upacara resmi bertepatan dengan peringatan HUT Kota Semarang ke-467, dan baru beroperasi pada tanggal 1 Maret 2015 lalu. Jadi, saya cukup beruntung masih bisa menikmati 'bus baru' meski sedikit terlambat lima hari sejak pertama diluncurkan.

Nah, trus gimana cerita lengkapnya?



Setelah melihat sebuah tautan gambar yang diunggah dalam sebuah laman media sosial, aku sangat tertarik mencoba wahana baru ini. Nampaknya cukup menyenangkan bisa mengelilingi kawasan Kota Lama sambil mendengarkan sejarah dibalik beberapa bangunan bersejarah yang masih berdiri. Segera saja aku kunjungi laman pengelola di atas untuk mendapatkan info lebih lengkap. Sejarah, foto-foto, jadwal dan beberapa aturan serta pemesanan tiket secara on-line sudah tersedia, namun hanya satu yang kurang, yaitu informasi harga tiket.

Sejenak aku ragu untuk melakukan pemesanan tiket.

Gek-gek , jangan-jangan, harga tiketnya mahal.

Ah, kalau belum mencoba nggak akan pernah tahu!

Nekat, aku klik dan isi formulir pemesanan tiket di laman semarjawi.com. Nggak pakai ribet! Cukup mudah dan sederhana, karena Anda hanya perlu memasukkan data berupa nama, alamat, nomor identitas, nomor telepon seluler, captcha dan posisi tempat duduk serta jadwal keberangkatan yang diinginkan.

Nah lo, masih belum ketemu juga keterangan harga. Ah, tapi kalau nantinya harga tiketnya mahal, aku cukup mangkir dari check in dan membatalkan perjalanan.

Beberapa syarat dan ketentuan bagi para calon penumpang tertera di layar, dan akhirnya sebuah angka yang menunjukkan harga tiket terpampang di layar.

Cukup kaget juga aku membaca nominal harga tiket itu.

Sepuluh ribu rupiah untuk satu orang.

Murah? Cukup murah untuk sebuah perjalanan wisata, meski hanya berputar di kawasan Kota Lama. Oke, booking untuk tur esok petang sudah terlaksana, tinggal bagaimana dan dimana aku harus membayar tiket itu.

PING!!!

Eh..bukan..

Tapi, hp-ku berbunyi, dan tak sampai lima menit setelah aku menyetujui pemesanan tiket, sebuah pesan singkat masuk dari nomor server Semarjawi berisi nomor kode boooking dan tempat pembayaran tiket.

Oke, paginya aku bergegas ke tempat yang dimaksud, yaitu Retro Cafe.

Boleh disebut?

Ya..boleh aja, ini namanya pelengkap informasi, masa iya nulisnya, "paginya bergegas ke tempat yang dimaksud, yaitu R C", kan malah bikin pembaca nggak dapat informasi.

Oke..lanjut..

Kurang lebih jam sembilan pagi berbarengan dengan perjalanan menuju tempat kerja aku menyempatkan untuk mampir, tapi cafe belum buka, apalagi petugas tiketingnya.

Wadoh! Masa iya aku harus nunggu cafe mulai beroperasi jam 11 siang, mending kembali lagi sepulang kerja saja. Dan benar saja, kira-kira jam empat sore meja tiketing sudah ramai antrian. Untung aku sudah melakukan pemesanan lewat on-line, jadi aku tinggal tujukan kode booking dan bayar tiketnya, nggak perlu susah-susah pilih tempat duduk.





Seperti namanya, petugas di sana cukup dapat memberikan informasi, termasuk harga dan jadwal. Bus ini TIDAK beroperasi tiap Hari Senin. Tarif tiket pada Hari Selasa sampai Jumat sebesar Rp 10.000, sedangkan untuk Hari Sabtu dan Minggu sebesar Rp 15.000. Belum ada penjelasan mengenai tarif tiket pada masa liburan sekolah atau hari besar. Bus ini juga dapat disewa bagi kelompok, komunitas, sekolah, organisasi dan lainnya. Cukup hubungi nomor telepon yang sudah tertera pada laman mereka. Jadwal perjalanan dapat dilihat dalam bagan di bawah ini :)



Yang ini saya ambil dari akun instagram mereka.


Berhubung jam keberangkatan masih cukup lama, nggak ada salahnya sekalian nongkrong sambil minum kopi di dalam cafe itu.

Cafe itu pernah dijadikan salah satu tempat pameran pada Festival Kota Lama Semarang 2014: Pasar Sentiling dan De Vrouw. (baca ceritanya di sini)

Sesuai namanya, cafe ini mengusung gaya retro, yaitu gaya yang pernah menjadi tren beberapa dekade belakang. Beberapa bagian dalam cafe ini sengaja dirancang sedemikian rupa sehingga dapat dijadikan tempat befoto bagi para pengunjung.









Nah, saya juga mau ikutan narsis :)


Menikmati sepiring roti isi dan segelas kopi rempah yang membuat badan terasa hangat, serta suasana unik dalam cafe ini cukup bisa membuang sedikit waktu sembari menunggu jam keberangkatan bus.


Kok pembahsannya jadi melebar kemana-mana, sampai bahas cafe segala?

Ah, bagi saya sih, karena Retro Cafe ini masih jadi bagian dalam Bustram Semarjawi, maka nggak ada salahnya dong kalau sekalian diliput.

Lagipula, sang empunya cafe mengatakan kalau memang pelayanan informasi dan penjualan tiket masih menumpang di dalam cafe mereka, segera setelah pengelola mendapatkan tempat di sekitar Taman Srigunting (dan akses wi-fi tentunya) maka tidak akan lagi berada di dalam cafe.

Jam lima sore, satu jam sebelum keberangkatan dan aku memutuskan meninggalkan cafe. Karena jaraknya tak begitu jauh, maka aku memutuskan untuk  berjalan kaki saja menuju Taman Srigunting, tempat awal pemberangkatan bustram ini. Taman Srigunting merupakan sebuah taman rindang di sebelah timur Gereja Blenduk dengan dua batang pohon besar di tengahnya. Cukup asri dan rimbun. Tempat ini merupakan salah satu spot foto favorit bagi para penggemar fotografi. Beberapa orang sedang sibuk memotret model menggunakan kamera-kamera mahal mereka, beberapa pengunjung lain asyik berfoto menggunakan kamera sematan dalam telepon selular mereka.



Ramai kaki lima menjajakan sajian khas berselera, orang duduk bersila..

Loh, mas, itu lagunya KLA Project yang judulnya Yogyakarta. Nggak nyambung sama Taman Srigunting dan Gereja Blenduk, mas!

Oo..iya..maaf..

Setelah menyibukkan diri mengambil beberapa foto di sekitar gereja, bustram yang ditunggu-tunggu akhirnya muncul juga.

Jeng-jeeeng..!!

Abaikan wedang rondenya :D




Busnya memang berbentuk unik, dengan ukuran yang tidak terlalu besar, bahkan dibanding dengan bus kota dan bus Trans Semarang ukuran kecil (baca ceritanya di sini). Warna merah menyala yang merupakan warna perusahaan operator telepon selular sebagai penyumbang armada ini cukup menyita perhatian para pengguna jalan lain. Beberapa sengaja memperlambat laju kendaraan mereka untuk memperhatikan bustram ini. Ada pula yang mendekat untuk berfoto di depan bus.




Seorang supir dan dua orang kru turun dari dalam bus dan duduk di tepian taman menunggu para calon penumpang datang. Seorang lagi bertugas melayani pembayaran dan pembelian tiket di tempat, alias on the spot, sementara yang lain sibuk berkomunikasi dengan rekannya di dalam Retro Cafe menggunakan handy talky mengkonfirmasi tempat duduk yang sudah terpesan.

Rupanya sudah ada banyak calon penumpang yang tidak melakukan pemesanan on-line, namun lebih suka melakukan pembelian langsung. Hal ini memang bisa dilakukan, namun cukup beresiko jika basis data dari administrator tiket kurang akurat. Dan rupanya resiko ini berani diambil oleh para kru, yang nantinya menimbulkan adu mulut penumpang di atas bus.

Menunjukkan tiket kepada kru, aku menaiki bus ini.

Bagian dasar kurasa memiliki lebar bus cukup sempit dan langit-langit yang rendah, apalagi untuk yang berbadan besar seperti aku, begitu pula dengan tangga menuju lantai kedua. Di atas, karena memang tanpa atap, berasa segar.



Beberapa penumpang yang sudah lebih dahulu naik memanfaatkan jeda waktu sebelum berangkat untuk berfoto. Aku mencari tempat duduk sesuai tiketku. A01, berada di ujung kiri depan. Setelah duduk aku hanya berharap semoga penumpang bertiket A02 tidak berbadan besar juga, karena tempat duduk ini sudah tiga perempat bagiannya habis kududuki.




Bus sudah dihidupkan. Kru menempatkan posisi dan semua penumpang sudah tidak sabar untuk menjalankan tur. Seorang penumpang yang duduk tepat di belakangku tiba-tiba turun. Dia adalah seorang ibu paruh baya bersama tiga orang anaknya. Dan, disitulah resiko membuka pemesanan tiket melalui sistem on-line dan on the spot yang diambil pengelola harus ditanggung seperti yang kusebut di atas. Penumpang ini protes kepada para kru karena tempat duduk yang sudah dipesannya ternyata sudah diduduki oleh penumpang lain. Adu mulut terjadi karena masing-masing penumpang sudah merasa membayar tiket dengan nomor bangku yang sama. Suasana di atas bus pun menjadi sedikit keruh, sampai pada akhirnya kru memutuskan mengembalikan uang tiket kepada keluarga itu pada dua bangku yang menjadi sengketa. Seorang anak duduk dipangku ibunya dan seorang lagi duduk di sampingku yang kebetulan masih tetap kosong. Keluarga ini nampak tidak menikmati perjalanan.


Bus mulai berjalan pelan yang menandakan jalan-jalan wisata Kota Lama dimulai. Seorang kru di bagian bawah membacakan cerita sejarah singkat di tiap tempat atau bangunan yang dianggap memiliki nilai sejarah yang kuat. Mungkin hanya sekitar sepuluh kilometer per jam kecepatan bustram ini mengelilingi rute wisata. Beberapa kali pula bustram ini berhenti di beberapa tempat dan petugas mempersilakan para penumpang untuk bisa mengambil foto dengan latar belakang bangunan yang ditunjuk, misalnya depan Kantor Direktorat Jenderal Pajak yang berada berseberangan dengan Kantor Pos Besar Kota Semarang, dan di depan Gereja Katolik St. Yusup Gedangan.





Rute yang diambil seperti ditunjukkan pada gambar berikut. Garis putus-putus menunjukkan bahwa jalan itu dilalui dua kali pada saat tur berlangsung, sedangkan lingkaran hitam-putih bukan gambar bola sepak, tapi titik lokasi Taman Srigunting.


Meski bustram ini masih tergolong baru, namun sayang sekali sistem audio di tingkat atas tidak terlalu baik. Beberapa kali suara kru pada saat membaca sejarah terdengar terputus-putus dan beberapa pula tidak jelas terdengar. Sayang sekali aku tidak bisa mendapatkan kopian naskah yang dibacakan untuk dapat dibagikan disini. Untuk para penggemar sejarah, isi naskah tersebut dapat menjadi cerita yang cukup menarik.

Keluhan-keluhan itu langsung kusampaikan pada para kru setiba kami kembali di Taman Srigunting, tempat keberangkatan yang juga menjadi perhentian terakhir. Aku senang karena saran itu diterima dengan baik oleh para kru sebagai bahan masukan positif untuk pengembangan pariwisata Bustram Semarjawi ini.

Karena perjalanan ini dilakukan petang hari, ditambah mendung menggantung di langit Semarang sore itu, jadi tidak banyak foto yang bisa kuabadikan. Mungkin aku harus menjadwalkan untuk bisa melakukan jalan-jalan wisata yang sama di akhir pekan, karena ada jadwal keberangkatan pagi dan siang hari, selain jadwal reguler malam hari.

Bagi Anda warga Semarang, atau kebetulan sedang berada di Kota Semarang dan tertarik untuk merasakan jalan-jalan wisata jelajah Kota Lama menaiki bus tingkat Bustram Semarjawi ini, dapat mendapatkan info lebih lengkap, serta booking tiket di laman semarjawi.com


Selamat berwisata di Kota Semarang :)

Komentar

Trisna mengatakan…
salam kenal
mo tny donk, alamat retro cafe dimn?
vinceney mengatakan…
Ada di jl.garuda, gak jauh kok dari starting point bustramnya :)