Wisata "Semarang Coret": Menikmati Pemandangan Rawa Pening dari Gua Rong View and Resort



Bermula dari sebuah komentar yang masuk pada sebuah posting dari seorang blogger wanita dari Ungaran, yang meminta menggunakan salah satu foto dalam postingan vinceney(dot)net untuk kelengkapan post blognya. Penasaran, setelah membaca tulisannya yang sudah dipublikasikan di sini, tertarik juga aku untuk mengunjungi tempat itu.

Kebetulan di Hari Minggu itu aku ingin mengunjungi Gua Maria Rosa Mystica di daerah Tuntang, Kabupaten Semarang dan tempat yang menarik perhatianku itu berada satu rute. Tanpa pikir panjang lagi, aku 'mejadwalkan' untuk sebentar kesana.

Tuntang - Lapangan Tlogo - Gapura Mlandong - Gua Rong.
Hanya sebatas itu saja informasi rute yang bisa kudapat dari posting di blog itu. Tapi, bukan aku namanya kalau tidak berani nyasar. Jadi, Pe-De aja (atau ke-Pe-De-an) menyusur rute menuju Gua Maria Rosa Mystica hehe.. :D



Rutenya bisa dibaca di sini.

Sesuai petunjuk, hanya sekitar 2 kilometer dari pertigaan Pos Polisi Tuntang sampai melewati Tlogo Plantation Resort yang rindang, lalu tak sampai satu kilometer menyusuri Jalan Tuntang - Bringin sampai pada sebuah gapura kecil berwarna hijau yang menunjukkan arah menuju Desa Mlandong.



Jalannya hanya selebar sekitar lima atau tujuh meter dan menanjak (lalu belok kanan), cukup untuk dilewati sebuah truk engkel. Aspal yang mengelupas di sana-sini dan beberapa ruas jalan berbatu menghantarku sampai di sebuah gerbang besar yang terbuat dari bambu bercat hijau dengan sebuah spanduk besar di atasnya. Sampai di sini aku sempat berpikir mungkin saja sampai di depan gerbang bisa dilewati melalui jalan lain, karena kalau lewat Desa Mlandong tadi, aku harus memutar balik untuk bisa masuk melalui gerbang ini.


Video naik dari gapura ke pos

Hanya ada satu jalan dari gerbang itu menuju puncak (bukan lagu tema pencarian bakat menyanyi ya..), tapi pengunjung terlebih dahulu harus berhenti di sebuah pos untuk membayar karcis masuk sekaligus tiket parkir.



Tertulis, "Weekend" pada tiket masuk. Aku tidak sempat bertanya apakah ada perbedaan tiket masuk di hari biasa. Tiket-tiketnya resmi, jadi jangan khawatir ada preman lokal atau akamsi 'anak kampung sini' yang melakukan pungutan-pungutan liar yang nggak penting.

Dari pos ini jalurnya cukup 'menyenangkan'. Tanjakannya tidak cukup menyulitkan Annette. Sayangnya jalur pendakian tidak terekam kamera, yang ada perjalanan saat turun (coba nanti lihat bandwidth bisa untuk upload video atau nggak hehe). Jalurnya mengingatkan pada jalur pendakian di Promasan, hanya saja di sini sudah tertutup aspal semua, jadi tidak perlu khawatir sama komstir..hehe.. (baca cerita seru pendakian di Promasan di sini)

Selama perjalanan yang hanya memakan waktu sekitar 3-4 menit, kita akan disuguhi pemandangan perkebunan karet yang masih muda, jadi lumayan panas siang itu, dan tentunya tebing rawan longsor di satu sisi dan jurang di sisi lain. Lebar jalan hanya kira-kira 5 meter, cukup untuk sebuah mobil melintas.

Oia, Di pos bawah tadi terdapat beberapa petugas dengan radio handy-talky untuk memantau keadaan di pos bawah dengan rekannya di pos atas. Hal ini berguna jika ada mobil atau kendaraan besar lain yang akan melintasi lajur pendakian. Mengingat lebar jalur yang tidak memungkinkan untuk berpapasan antar mobil, maka petugas bisa memantau dengan menahan terlebih dahulu mobil yang akan naik atau turun dengan mempersilakan terlebih dahulu mobil dari arah berlawanan.

Melewati jalan masuk dengan tumbuhan warna-warni yang sengaja ditanam pengelola sampai pada sebuah tempat parkir kendaraan kecil. Tempat parkir kendaraan roda dua dan empat sudah dipisah, namun yang terlihat belum dibuat lahan parkir yang bisa menampung lebih banyak kendaraan lagi.



Seorang petugas berpakaian setelan biru gelap khas security duduk di sebuah bangku kayu berpayung dengan handy talky di tangannya. Beberapa petugas resor berpakaian seragam batik hijau juga tampak di sudut-sudut lokasi. Melihat kondisi ini, aku merasa aman meninggalkan Annette beserta jaket dan helm di area parkir.

Menjelajahi 'bagian atas' (sebut saja seperti itu), yang cukup rindang dengan beberapa bangku panjang yang disusun berderet rapi di bawah pohon. Di sudut lain sudah ada beberapa arena permainan anak yang kala itu tak kalah ramai. Beberapa pondokan kecil yang oleh pengelola diberi nama-nama pegunungan juga dibangun di dalam area itu. Beberapa pengunjung memanfaatkannya untuk beristirahat menikmati segarnya udara di puncak bukit itu.









Sebuah tangga mengantarkan pengunjung pada titik utama tempat ini, yakni sebuah bangunan besar terbuka bercat putih beratap jogjlo dengan pemandangan Rawa Pening di sisi barat sebagai daya tarik utama tempat wisata ini.




Pemandangannya memang WOOOWW sekali!




Serius..memang ini terlihat agak berlebihan (seperti biasa) tapi, di atas sana pengunjung bisa menikmati sebagian pemandangan Rawa Pening, Gunung Telomoyo, jajaran Sindoro-Sumbing dari kejauhan, atau lalu-lalang mobil di jalan tol baru di sisi utara, dan rimbunnya pepohonan di sisi timur.


Sebuah cafetaria berada tak jauh dari bangunan utama tadi. Mencoba masuk ke dalam ruang kecil itu, aku disodori sebuah buku menu makanan yang disediakan di sana. Tepat mendekati jam makan siang dan memang perutku sudah lapar, tapi berhubung pengunjung harus makan di bangunan utama yang terbuka tadi, aku jadi mengurungkan niatku memesan makanan karena banyak pengunjung yang sedang berpuasa. Cafetaria itu juga menyediakan baju batik dan kaos khas tempat wisata itu.




Mendapat informasi dari beberapa petugas berseragam batik hijau, Gua Rong berada sekitar 200 meter dari puncak itu dengan melewati tangga. Sejenak berpikir, kalau 'cuma' turun sekitar 200 meter sih bisa saja, tapi kalau harus naik lagi menapaki tangga-tangga itu, kelihatannya enggak dulu deh. Hehe..


Diceritakan lagi oleh petugas di sana, bahwa gua ini merupakan peninggalan pada masa pendudukan Jepang di Indonesia. Gua ini dulunya digunakan untuk bersembunyi dengan liang yang belum terlalu besar.

Ah, hal itu juga yang membuatku enggan mengunjungi gua.

Alesaaann..!!

Gua ini bisa diakses melalui jalan setapak pada jalur naik/ turun, tepatnya 10 meter sekitar convex mirror atau cermin lalu lintas. Ketika melintasi jalur turun, aku melihat beberapa anak tangga dari tanah, tapi karena belum adanya lahan parkir, jadi cukup berbahaya juga kalau aku memarkir Annette di pinggir tebing tanpa pengawasan.

Jadi, foto-foto sambil selfie ajaaa...











Jadi, jika Anda ingin mengunjungi tempat wisata yang juga dikelola oleh Tlogo Plantation ini, bisa mengikuti petunjuk di dalam tulisan ini atau dapat menyimpan koordinat 7° 16' 19.64" S 110° 28' 11.29" E di dalam perangkat GPS Anda.


Ini video turun dari tempat parkir menuju gerbang bawah. Perhatikan beberapa meter setelah tikungan yang terdapat cermin lalu-lintas, saya akan memperlambat laju kendaraan dan sejenak memeriksa sisi kiri tebing, pada sebuah undakan tanah. Jalan tanah itu mungkin adalah jalur menuju gua.








Selamat berwisata :)

Komentar