Taman Gardu Doa (Mat 26: 40b)


LOKASI

Taman Gardu Doa
Alamat: Jl.Setuk Raya RT 03/ RW 04, Pudak Payung, Semarang, Jawa Tengah
Koordinat: 7° 6' 6.888" S 110° 24' 42.066" E

DISCLAIMER

Cerita ini berisi perjalanan menuju tempat-tempat ziarah yang disucikan bagi umat Katolik.
Cerita ini tidak bertujuan untuk memaksakan iman kepada umat penganut kepercayaan lain


LET'S ROLL
Sub judul yang saya petik dari Injil Matius 26, perikop ayat 36-46 yang bercerita tentang Yesus yang mengajak murid-murid-Nya berdoa di Taman Getsemani (bahasa Yunani: ΓεσΘημανι, Gesthēmani bahasa Ibrani: גת שמנים, Aram גת שמנא, Gat Šmānê: Alat penmeras minyak) pada malam sebelum Ia diserahkan untuk menanggung sengsara. Dalam kisah itu juga, ketika Tuhan menyuruh Petrus dan kedua anak Zebedeus (Yakobus dan Yohanes) untuk tinggal dan berjaga-jaga selama Ia berdoa kepada Bapa YHWH dalam kesedihan dan kegentaran hati. Namun apa yang didapati setelah berdoa adalah murid-murid-Nya yang tertidur.
"Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam dengan Aku? berjaga-jagalah dan berdoalah ..."

Ajakan Tuhan itu yang tepat menggambarkan kondisi semangat umat Stasi Pudak Payung, Paroki Kristus Raja, Ungaran yang ingin tetap berjaga dan berdoa barang satu jam bersama Tuhan Yesus. Di belakang Gereja Stasi St. Yakobus Zebedeus (nama yang sama yang disebutkan dalam petikan Injil di atas. Sebuah kebetulankah?) umat stasi ini berinisiatif untuk membangun sebuah tempat doa yang diberi tajuk "Taman Gardu Doa" yang terdiri dari tiga unsur, yaitu Kapel Adorasi Ekaristi Abadi St. Faustina; Gardu Doa Maria; dan Sumur Yakub.

Mari kita mengunjungi tempat yang baru saja diresmikan ini lebih dalam...




Namanya Pak Ngadimin, menurut taksiranku umurnya sekitar lima puluh tahunan. Kulit melegam membalut tubuh kecilnya. Siang itu ia duduk di depan pintu gereja. 
Hanya duduk saja.
"Saya pengurus gereja ini." Katanya kepadaku setelah aku mendesak menanyakan namanya.
"Dulu saya kerja serabutan, ikut narik angkot juga jurusan Jatingaleh-Tugu Muda" katanya lagi. 
Sebuah trayek angkot yang sekarang sudah tidak diaktifkan lagi. Mungkin itu trayek tahun 90-an. Bisa jadi lebih lama dari itu, atau dia salah menyebutkan jurusan.
"Sekarang saya diminta umat untuk ngopeni, memelihara, gereja, karena fisik saya ini sudah tidak seperti dulu." Sebelum aku menanyakan lebih lanjut, dia menambahan, "Tangan kiri saya lumpuh layu, seperti orang kena strooke, tapi kata dokter dan pengobat alternatif bukan (strooke), kaki kiri saya juga setengah lumpuh."
Sebentar kemudian aku beranjak untuk mengambil beberapa foto suasana, pun dengannya yang melanjutkan bersih-bersih halaman gereja.



Di belakang gedung Gereja St. Yakobus Zebedeus ini juga umat mendirikan sebuah tempat doa, yang baru saja diresmikan penggunaannya pada tanggal 31 Mei 2016 lalu bertepatan dengan penutupan Bulan Maria berupa Ekaristi Syukur yang dipersembahkan oleh Romo Aloysius Budi Purnomo, Pr sebagai pastor pembantu Paroki Kristus Raja, Ungaran.











 

Dikutip dari status tulisan tentang tempat ini pada media sosial


Taman yang diberkati ini disebut "Taman Gardu Doa" yang terdiri dari tiga unsur. Ketiga unsur tersebut berpadu dalam satu kompleks "Taman Gardu Doa" Pudak Payung. Terletak di Jl.Setuk Raya Pudak Payung, Semarang, persis di belakang Gereja St. Yakobus Zebedeus Pudak Payung.
Disebut "Taman Gardu Doa" sebab di situlah sejak tanggal 30 April 2016 pukul 18.00 WIB dimulai gerakan jaga bakti dalam doa Adorasi Ekaristi Abadi di Kapel Adorasi Ekaristi St. Faustina. Di Kapel Adorasi Ekaristi Abadi itulah umat berdoa secara bergantian dalam semangat jaga bakti di hadirat Tuhan Yesus Kristus dalam Sakramen Mahakudus selama 24 jam setiap hari. Untuk itu memang dibutuhkan semangat kerja sama, kerukunan, keakraban dan persaudaraan sehingga bisa saling mengisi secara bergantian untuk berjaga bakti dan berdoa di hadirat Tuhan.
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, 'gardu' berarti bangunan kecil tempat penjagaan. Maka sering kita mendengar ungkapan "gardu jaga" yang maknanya adalah ruang untuk berjaga bersama dalam suasana penuh kerukunan, keakraban dan persaudaraan. Semangat itulah yang hendak dibangun melalui "Taman Gardu Doa" Pudak Payung, yakni hidup bersama yang rukun, akrab, kerja sama, penuh persaudaraan dan terlibat dalam hidup menggereja dan memasyarakat.

Gardu Doa Maria merupakan bangunan kecil tempat Patung Bunda Maria ditahtakan. Patung Bunda Maria terbuat dari batu alam paras putih dengan berat kurang lebih 300 kg setinggi 170 cm. Patung dikerjakan kurang lebih 3 minggu oleh seniman-seniman pahat batu Muntilan. Patung Maria pada Gardu Doa Maria tersebut menampilkan Bunda Maria yang dengan tangan mengatup, mengajak siapa saja yang datang ke Taman Gardu Doa dengan senyum yang ramah, manis-lembut untuk berdoa kepada Bapa dengan perantaraan Sang Putera.

Di bawah Bunda Maria terdapat kolam kecil berisi ikan-ikan. Dalam sejarah Gereja Katolik pada masa penganiayaan, jemaat menggunakan simbol ikan (Yunani: ΙΧΘΥΣ > ICHTHYS > baca: ICHTUS) yang juga akronim dari kata Iesous Christos, Theou Yios, Soter, yang artinya, Yesus Kristus Putera Allah Penyelamat.

Dikisahkan bahwa selama era pengejaran dan penyiksaan umat Kristiani di awal berdirinya gereja, seorang pengikut Kristus yang bertemu dengan orang yang baru dikenalnya akan menggambar sebuah lengkungan sederhana di atas tanah. Apabila orang lain tersebut adalah juga seorang Kristiani maka ia akan melengkapi gambar tersebut menjadi seekor ikan dengan menggambar lengkungan kedua. Apabila orang lain tersebut ternyata bukan seorang Kristiani, maka ketidak-jelasan gambar sebuah lengkungan tidak akan menghubungkan orang yang pertama tersebut sebagai seorang pengikut Kristus.







Kapel Adorasi Ekaristi Abadi St. Faustina terletak di sebelah kanan pagar. Tempatnya tidak luas, hanya berbentuk sebuah lorong, namun berada dalam ruangan kaca berangka alumunium dengan dua buah pintu. Pintu pertama dari luar menuju ruang kecil berisi rak buku-buku yang bisa membantu dalam doa adorasi dan sebuah meja kecil dengan dua buah buku di atasnya. Sebuah buku tamu dan satu lagi buku presensi umat dalam menunaikan tugas adorasi yang sudah disepakati.




Setiap umat di stasi ini sudah bersedia untuk meluangkan waktu setidaknya satu jam sehari, dan nama-nama mereka ditulis dalam jadwal adorasi yang ditempel dalam sebuah papan di sisi luar tembok. Tak hanya umat, Romo Budi juga meluangkan waktunya di sebuah hari pada tengah malam. Beberapa umat juga terlihat mau berjaga bakti selama beberapa hari dalam sepekan. Tidak saya foto semua, karena terdapat nama, nomor telepon umat dan lingkungan yang merupakan privasi mereka.




Kapel berada setelah melewati pintu kaca kedua. Karena dibangun sedemikian rupa sehingga membuat umat yang sedang beradorasi merasa nyaman dan tidak terganggu dengan suara-suara dari luar.




Sebuah sumur berada di sudut halaman itu. Bukan sumur mati. Mungkin sekitar belasan meter dari permukaan tanah sudah bisa terlihat air. Diberi nama 'Sumur Yakub' karena umat teringat cerita percakapan Yesus dengan wanita Samaria dalam Injil Yohanes Bab 4, yang menyebutkan bahwa Ialah sumber air kehidupan.





Sejauh ini saya tidak mendapat informasi mengenai air yang berasal dari mata air itu, tentang mukjizat penyembuhan atau lainnya. Nampaknya hanya sumur biasa sebagai sumber mata air yang bisa digunakan untuk kegiatan di gereja itu dan sumber kehidupan untuk ikan-ikan dan tumbuhan di sana.

Untuk Anda yang berada di Kota Semarang, tempat ini bisa menjadi salah satu alternatif untuk berdoa adorasi, jaga bakti, abadi karena terbuka selama 24 jam - 7 hari seminggu. Silakan saja jika ingin datang dan bergabung bersama umat pada jam berapapun untuk beradorasi. 
Atau jika Anda hanya ingin datang untuk berdoa pada Tuhan dengan perantaraan Sang Bunda, meskipun menurut saya akan susah berkonsentrasi mengingat tempat ini berada di tengah perkampungan padat. Suara deru knalpot motor, teriakan anak-anak bahkan adzan dari masjid besar tak jauh dari gereja cukup bisa membuyarkan konsentrasi.

Itu sih kalau saya. Semoga Anda lebih bisa berkonsentrasi menjalani tapa ramé, yaitu 'bertapa' atau berkontemplasi dalam suasana riuh rendah seperti pada perkampungan seperti ini.

Jika Anda datang dari Semarang, bisa mengambil arah ke Selatan (menuju Ungaran), kira-kira seratus meter dari Gedung BPK RI Pudak Payung, terdapat jalan masuk Jl. Setuk Raya ke kiri. Melaju terus saja, sampai melewati Kantor Kelurahan Pudak Payung di sisi kiri jalan dan sebuah masjid besar di sisi kanan. Gereja St. Yakobus Zebedeus berada tepat pada sebuah persimpangan tiga lajur beberapa pluh meter kedepan.

Atau masukkan koordinat 7° 6' 6.888" S 110° 24' 42.066" E pada perangkat GPS Anda.




 

Selamat berkontemplasi




Salam, Hormat dan Berkah Dalem

Komentar