St. Isidorus dan Permata Bunda


DISCLAIMER
Cerita ini berisi perjalanan menuju tempat-tempat ziarah umat Katolik. 

LOKASI

Gua Maria Permata Bunda, kompleks Gereja St. Isidorus, Paroki Sukorejo, Kab. Kendal, Jawa Tengah;
-7.088690, 110.048784


Ucapan terimakasih disampaikan kepada sebuah keluarga besar atas kemurahan hati merg sudah mau mengajak vinceney berwisata ziarah. 

THE STORIES

Masih dalam suasana Hari Raya Natal di tahun 2016 ini ketika vinceney tiba di lokasi. Pernak-pernik Natal masih tertempel di dinding gereja dan beberapa ruangan lain. Tahun 2016 ini Gereja Paroki Sukoharjo mengambil tema inkulturasi budaya Jawa dengan Gereja Katolik, yaitu "memindahkan" Candi Hati Kudus Tuhan Yesus ke Sukorejo. Tentu tidak dalam arti sesungguhnya, namun dalam bentuk miniatur.

Romo Paulus Agung Wijayanto, SJ selaku Pastor Kepala Paroki Sukorejo sendiri yang memimpin "tur" dan merangkap sebagai kurator di area kompleks gereja. Dengan bangga beliau menjelaskan tiap detil ornamen natal yang berada di dalam gereja hingga bagian terkecil dalam kompleks gereja paroki itu. 







Di luar bangunan gereja itu juga banyak pernik yang tak sabar beliau jelaskan, mulai dari penataan paving block di areal gereja, hingga tiap detil bangunan dan tetumbuhan yang tumbuh subur di sana.


Menyatu dengan bangunan gereja, di bagian belakang terdapat tiga buah bilik, yaitu sakristi, ruang adorasi dan kantor sekretariat dewan paroki.

Di belakang gedung gereja itu terdapat beberapa bangunan, diantaranya pastoran, beberapa panti paroki, sebuah asrama, selain diantaranya terdapat Gua Maria dan sebuah sumur masing-masing di sisi utara dan selatan.




Masuk dari gerbang kiri gereja terdapat stasi-stasi Doa Jalan Salib, kecil namun rindang dan tertata dengan baik, pun demikian dengan jalur khusus yang dibuat. Pada peristiwa ke-12 sengaja dibuat perhentian yang besar (lihat gambar paling awal). Sebuah sumur tua berada di belakangnya yang konon merupakan sumur tertua di daerah Sukorejo. Via Dolorosa kembali berlanjut hingga depan bangunan gedung pastoran.




Gua Maria yang diberi nama "Permata Bunda" ini diberkati oleh Bapa Uskup Keuskupan Agung Semarang, Mgr. Ign. Suharyo, Pr pada 2009 silam. Gedung gereja itu sendiri diberkati pada tahun 1997, namun Paroki Sukorejo sudah melayani umat jauh sebelum tahun 1967 (karena vinceney belum menemukan catatan sejarah Paroki Sukorejo yang lebih akurat).

Gua buatan yang seperti berada di atas sebuah panggung dengan beberapa tumbuhan hias dalam pot yang menciptakan kesan rindang dan sejuk. Hampir seluruh struktur atap atau yang hanya sekedar melindungi dari terik panas dan hujan (jawa: payon) dibuat dengan sangat unik, yaitu bentuk-bentuk segitiga simetris yang berulang.

Sebuah prasasti dan tiga buah keran air berada di sisi kanan gua. Tentu saja ada air yang keluar ketika membuka keran air. Sekarang ini hampir semua gereja dan tempat-tempat ziarah sudah menggunakan sistem penyaringan air modern yang mana air yang mengalir dari keran dapat langsung dikonsumsi, tak ketinggalan di area gereja ini.






"Kami tidak punya banyak uang untuk membangun, jadi 'minta' ke toko-toko bangunan di sini untuk memberi kami material-material seadanya. Jadinya ya seperti ini, kami tinggal menata saja sesuai kreatifitas" ujar beliau sembari memamerkan penataan keramik di lantai dan beberapa dinding gedung pastoran.


Kompleks bangunan paling belakang (setidaknya seperti itu yang bisa vinceney lihat) terdapat sebuah bangunan bertingkat bercat merah senada dengan warna bangunan lain namun dibuat seolah terpisah dengan kompleks gereja yaitu dengan dibuatnya jembatan-jembatan kecil di atas kolam ikan. Sebuah papan nama terpampang di depan bangunan, tertulis "Asrama Manik Hargo" beserta keterangan alamatnya.

Saat ini asrama menampung tiga puluh enam anak, sepuluh laki-laki dan sisanya perempuan. Mereka semua siswa-siswi SMP. Tidak semua anak yang tinggal di asrama itu merupakan anak yatim-piatu. "Ada juga yang masih punya orang tua, tapi bekerja di luar kota atau luar negeri dan mereka ditinggal di desa (Sukorejo)" kata Romo Agung yang masih dengan sabar menjelaskan setiap detilnya. Semua anak SMP yang mau bersekolah dan (mungkin) yang kekurangan biaya akan ditampung dan disekolahkan di SMP Kanisius Argokiloso, Sukorejo. Selepas SMP mereka harus mencari sekolah atau jalan hidup mereka sendiri, sedangkan tidak menampung anak-anak SD karena dirasa belum dapat dilatih hidup mandiri. Yaa..lagi-lagi karena vinceney tidak mendapat data dan keterangan yang lebih mendetil tentang kondisi ini.

Tak berbeda dengan ornamen di gedung pastoran, di dalam asrama dari ruang tamu hingga dapur menggunakan teknik serupa, yaitu kolase keramik warna-warni. Mengingatkanku pada ornamen di Gua Maria "Bunda Pemersatu", Karanganyar, Jawa Tengah (baca ceritanya di sini).








Kompleks Gereja Paroki Sukorejo ini secara tidak langsung sudah menerapkan sistem ekologi dengan baik. Di samping bangunan asrama terdapat bangunan penghancur sampah terpadu. Dengan demikian tidak akan ada sampah berserakan, menumpuk di tempat sampah atau yang berpotensi merusak lingkungan. Menyatu dengan bangunan penghancur sampah juga terdapat "Rumah Sakit" tanaman, tempat merestorasi atau "menyehatkan" kembali jika ada tanaman di kompleks gereja yang terserang penyakit atau hama. Setelah tanaman-tanaman itu mendapatkan perawatan dan sudah terbebas dari penyakit dan hama, dapat dikembalikan ke tempat semula. Hal ini berguna untuk mencegah penularan penyakit kepada tanaman sehat yang berada di sekitarnya jika tidak dikarantina.



Gazebo yang berada di atas kolam ikan berada tak jauh dari silo penghancur sampah. Tempat yang juga dapat digunakan untuk berdoa dan bermeditasi.

Situasi daerah pedesaan yang cukup tenang, jauh dari hiruk pikuk dan fasilitas-fasilitas yang terdapat di sini sangat mendukung jika para pembaca hendak berkunjung dan melakukan kegiatan rohani kelompok, misalnya rekoleksi atau retret singkat. Tempat ini berada sekitar dua puluh kilometer ke selatan Weleri melewati Gua Bunda Maria Ratu Besokor (ceritanya dapat dibaca di sini), atau sekitar tiga puluh tujuh kilometer dari Alun-alun Kendal, Jawa Tengah jika mengambil rute Pantura, dan lima puluh delapanan kilometer dari Kota Semarang jika mau ambil rute Semarang-Boja-Sukorejo. Sudah ada beberapa kelompok dari luar Paroki Sukorejo yang "meminjam" untuk melakukan kegiatan-kegiatan rohani di sana, namun dengan tegas Romo Agung mengatakan bahwa paroki hanya menyediakan tempat untuk berkegiatan dan tidak menyediakan tempat untuk bermalam, namun ada banyak penginapan di sekitar gereja yang dapat disewa untuk menginap. Atau ingin live-in di paroki yang membawahi 11 stasi dengan total 1.300 umat separoki ini, tempat ini dapat juga dapat dijakdikan pilihan.

Hal tersebut yang membuat vinceney tertarik untuk menuliskan resensi tentang situasi di Gereja St. Isidorus Paroki Sukorejo, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah.

Nah, jika ada diantara pembaca yang berminat untuk "meminjam" kompleks gereja ini sebagai tempat aktivitas rohani kelompok, dapat menghubungi nomor telepon sekretariat yang sudah tercantum di salah satu foto di atas.

Selamat berdinamika
Salam, doa dan Berkah Dalem



+vinceney+

Komentar

Unknown mengatakan…
Terima kasih atas informasinya baru saja saya berkunjung kesana dan terima kasih karena sudah membagikan pengalaman berziarah ke tempat-tempat yang sebelumnya saya belum ketahui/
vinceney mengatakan…
Semoga berkenan dan bisa tetap berziarah.

Berkah Dalem